Rabu, 25 Januari 2017

Tanaman Anyelir


PENDAHULUAN
Tanaman Anyelir  Anyelir atau carnation (Dianthus cariophyllus Linn.) adalah tanaman hias bunga yang berasal dari daerah Mediterania. Kata “Dianthus” berasal dari bahasa Yunani, yang berarti dewa (dios) bunga (anthos). Anyelir, atau disebut juga bunga teluki dan dikenal dalam bahasa Inggris sebagai carnation
Dianthus sp. Termasuk tanaman herbal, dapat mencapai tinggi 30-100 cm. Buku batang terlihat nyata pada bagian yang sudah menua. Daun runcing dengan tulang daun yang menyirip, panjang dan sempit, terletak bertolak belakang. Warna daun hijau mudah keputih-putihan. Diameter bunga sekitar 5-10 cm. Daun mahkota bunga kelipatan lima dengan warna yang sangat bervariasi. Ujung mahkota bunga bergerigi atau tidak bergerigi. Kelopak bunga bergabung membentuk silinder dengan dua putik dan lima benang sari. Tunas samping keluar di antara daun dan batang (Bailey,1953).

BUNGA ANYELIR (CARNATION)
Ikatan kasih sayang, kesehatan, enegi dan daya tarik.
Pink  = Aku tidak akan melupakanmu
Merah = Aku menginginkanmu, rasa kagum
Ungu = ketidak teraturan, bertingkah, berubah-ubah
Warna Solid : Ya
Bergaris = Tidak, penolakan
Kuning  = Penolakan , penghinaan, kamu mengecewakanku
Putih = cinta murni, “good luck” (bila diberikan pada wanita), manis dan cantik.
                                       
KLASIFIKASI & KARAKTERISTIK ANYELIR
Menurut Hardjoko (1999) klasifikasi taksonomi anyelir adalah sebagai berikut:
Divisio             : Spermatophyta
Subdivisio       : Angiospermae
Class                : Magnoliopsida (Dicotyledonae)
Subclass          : Carryophyllidae
Ordo                : Caryophyllales
Famili              : Caryoplyllaceae
Tribe                : Dianthus
Species           : caryophyllus (Linn.)
Bunga anyelir memiliki warna yang terang dan berwarna-warni, sehingga sering digunakan sebagai hiasan. Ada dua jenis tanaman anyelir yaitu jenis satu bunga bagi setiap tangkai dan jenis `spray', banyak bunga bagi setiap tangkai.
Menurut Pertwee (1966) terdapat beberapa tipe anyelir baik berdasarkan teknik budidaya maupun secara genetik :
1.    “standard canation” (D. Caryophyllus) dibentuk dengan cara membuang pucuk lateral pada saat budidaya tanaman dilakukan. Tangkai bunga akan tumbuh kekar dengan panjang berkisar 60-80 cm, dan mempunyai satu bunga yang besar.
2.    “midi carnation’, yaitu anyelir tipe standar yang mengalami pemotesan pada bebrapa pucuk lateralnya saja, tapi tidak pada pucuk batang utamanya. Diameter bunga sekitar 75% dari ukuran bunga standar.
3.    “mignon carnation”, merupakan “standar carnation” yang berukuran kecil, akibat dibuangnya pucuk terminal dan beberapa pucuk lateral. Ukuran bunga sekitar setengah dari ukuran “standardcarnation”
4.    “Sprray carnation” (D. Caryophyllu) dimana pucuk terminal dibuang, dan pucuk lateral yang dibiarkan berkembang. Panjang tangkai sekitar 40-70 cm.
5.    “Micro pink” adalah tipe anyelir yang berkluster dan kecil-kecil, dimana semua pucuk dibiarkan tumbuh dan berkembang.
6.    “Diantini carnation”. Bunga mirip D. Barbatus (Sweet William), tetapi pucuk terminalnya dibuang.

                                     
PRODUKSI & PANEN ANYELIR
    Syarat Tumbuh Tanaman Anyelir
Tanaman anyelir membutuhkan suhu malam yang berkisar antara 8-110C. Sedangkan suhu siang 18-220C. Tanaman ini tumbuh baik pada cahaya matahari penuh, dengan intensitas penyinaran sekitar 44.000 luks. Cahaya merupakan faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anyelir. Di negara subtropis, minimal dibutuhkan cahaya 21.500 luks selama musim dingin (Besemer,1980)
Anyelir membutuhkan tanah yang gembur dengan drainase yang baik, sedangkan pH yang cocok adalah sekitar 6,5 (Pertwee,1996). Budidaya anyelir membutuhkan fosfat, nitrogen, kalium dan kalsium yang cukup tersedia dalam larutan tanah. Menurut Bhatt (1989) nitrogen merupakan faktor pembatas paling utama pada nutrisi tanaman anyelir, diperlukan baik pada fase vegetatif maupun generatifnya. Fosfat merupakan unsur makro yang dapat mempengaruhi kenormalan pertumbuhan anyelir. Kekurangan fosfat mengakibatkan daun-daun menjadi sempit dan ujung-ujungnya mengering, kemudian pada akhirnya keseluruhan daun menjadi kuning. Selain fosfat, kalium juga memberikan pengaruh pada ketegaran tanaman anyelir. Kekurangan kalium mengakibatkan bintik-bintik putih pada daun-daun di bawah bunga, bentuk bunga yang tidak normal, warna bunga pucat dan kelopak bunga menguning. Walaupun secara spesifik tergantung lokasi, tapi secara umum dapat dinyatakan bahwa tingkat kebutuhan nutrisi optimum tanaman anyelir adalah sekita 25-40 ppm nitrat. 5-10 ppm phospat. 25-40 ppm kalium, 150-200 ppm kalsium dan 30-40 ppm magnesium. Pada anyelir direkomedasikan untuk memberikan pupuk 20 ppm N dan K.
   
                                               
Budidaya Tanaman Anyelir
Pembuatan Rumah Naungan
Budidaya anyelir di Indonesia pada umumnya dilakukan di dalam rumah naungan (shading house). Penggunaan rumah ini dimaksudkan untuk melindungi tanaman dari terpaan angin, perubahan suhu, terik matahari, curah hujan vana berlebihan dan hama pengganggu tanaman. Kelembaban yang tinggi menyebabkan tanaman mudah terserang ( penyakit busuk akar dan batang, karat daun dan bunga busuk. Naungan menggunakan plastik transparan, sebaiknya ada lapisan anti ultra violet agar tahan lama. Ketebalan plastik 200 mikron dengan kandungan UV 6% sampai 12%. Pada kondisi normal plastik plastik tahan 1,5 – 2 tahun. Konstruksi naungan terbuat dari bambu, kayu, besi tergantung modal yang dimiliki. Prinsip atap naungan harus tingginya lebih dari atau sama dengan 3 meter. Karena jika kurang dari 3 meter suhu didalam akan sangat panas. Samping bagian bawah ditutup plastik 1 m diatas permukaan tanah, atasnya menggunakan kasa (insect screen) juga untuk sirkulasi udara

Pengolahan lahan
Sebelum bibit ditanam, dilakukan pengolahan tanah yang dilanjutkan dengan pembuatan bedengan. Empat unit shading house ukuran 210 m2 memiliki bidang tanam masing-masing 120 m2 sehingga seluruhnya terdapat 480 m2 Dengan jarak tanam sekitar 25 cm x 25 cm maka dapat ditanam 9.640 tanaman. Keadaan tanah yang ideal untuk tanaman anyelir adalah tanah yang bertekstur liat berpasir, gembur, berdrainase baik dan mempunyai pH antara 5,5 - 6,7. Seminggu sebelum penanaman bibit, tanah diberi pupuk dasar yang berupa campuran pupuk ZA 75 gram, TSP 75 gram dan KCI 75 gram untuk setiap m2 lahan.

                             
Pembibitan
Bibit anyelir umumnya masih didatangkan dari breder di luar negeri, namun demikian ada juga yang dikembangkan di dalam negeri oleh Balai Penelitian Departemen Pertanian. Bibit yang berasal dari luar negeri mempunyai warna dan bentuk yang menarik, tetapi petani harus membayar royalty kepada pemberi bibit, sedangkan yang bibitnya dari dalam negeri dapat diusahakan untuk dapat diperbanyak sendiri. Kondisi saat ini para petani lebih mengutamakan bibit dalam negeri karena tingginya royalty yang harus dibayar, sementara itu para konsumen, terutama para "florist" juga cenderung menggunakan bunga dari varietas dengan bibit lokal karena tersedia di pasar lokal.

Penanaman
Budidaya anyelir di Indonesia pada umumnya dilakukan di dalam rumah naungan (shading house). Penggunaan rumah ini dimaksudkan untuk melindungi tanaman dari terpaan angin, perubahan suhu, terik matahari, curah hujan vana berlebihan dan hama pengganggu tanaman. Sebelum bibit ditanam, dilakukan pengolahan tanah yang dilanjutkan dengan pembuatan bedengan. Empat unit shading house ukuran 210 m2 memiliki bidang tanam masing-masing 120 m2 sehingga seluruhnya terdapat 480 m2 Dengan jarak tanam sekitar 25 cm x 25 cm maka dapat ditanam 9.640 tanaman. Keadaan tanah yang ideal untuk tanaman anyelir adalah tanah yang bertekstur liat berpasir, gembur, berdrainase baik dan mempunyai pH antara 5,5 - 6,7. Seminggu sebelum penanaman bibit, tanah diberi pupuk dasar yang berupa campuran pupuk ZA 75 gram, TSP 75 gram dan KCI 75 gram untuk setiap m2 lahan.
Bibit anyelir umumnya masih didatangkan dari breder di luar negeri, namun demikian ada juga yang dikembangkan di dalam negeri oleh Balai Penelitian Departemen Pertanian. Bibit yang berasal dari luar negeri mempunyai warna dan bentuk yang menarik, tetapi petani harus membayar royalty kepada pemberi bibit, sedangkan yang bibitnya dari dalam negeri dapat diusahakan untuk dapat diperbanyak sendiri. Kondisi saat ini para petani lebih mengutamakan bibit dalam negeri karena tingginya royalty yang harus dibayar, sementara itu para konsumen, terutama para "florist" juga cenderung menggunakan bunga dari varietas dengan bibit lokal karena tersedia di pasar lokal.
                                               
Penyulaman
Penyulaman sebaiknya dilakukan sedini mungkin, yaitu 10 - 15 hari setelah tanam. Bibit tanaman yang mati atau layu diganti dengan bibit yang baru

Penyiraman
Pengairan dapat dilakukan dengan cara menyiram tanaman langsung dari gembor, selang plastik atau menggunakan sistem irigasi curah (sprinkler) atau irigasi tetes (drip). Tanaman yang berumur 1 - 2 minggu sangat peka terhadap kekurangan air, sehingga penyiraman dapat dilakukan setiap hari. Kemudian penyiraman tanaman sebaiknya dilakukan dengan melihat kondisi tanah. Kebutuhan air untuk penyiraman rutin umumnya sekitar 3 - 5 liter per m2
Pinching
Pinching dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan tunas-tunas lateral yang kemudian dipelihara lebih lanjut hingga membetuk kuncup bunga dan dipanen sebagai bunga potong. Beberapa laporan menunjukkan, bahwa jumlah tunas lateral yang tumbuh berhubungan dengan jumlah daun yang ditinggalkan pada tajuk saat pinching dilakukan. Namun demikian, partisi karbohidrat terutama pada masa generatif juga mempengaruhi pembentukan primordia bunga (Kawata,1987).
Disbudding
Disbudding adalah suatu cara dimana tunas dan bunga yang tidak diperlukan dibuang agar bunga yang dipelihara dapat menjadi lebih besar. Karena tunas lateral tumbuhnya tidak serempak, maka disbudding dilakukan secara bertahap 4 sampai 7 hari.
•         Tipe standar
Membuang semua bunga dan tunas lateral dibawah pangkal bunga sampai tunas ke 7 dari pangkal. Atau buku ke 8 dan dilakukan sesegera mungkin.
•         Tipe spray
Buang tunas terminal yang ada pada tunas lateral serta tunas lateral dari 5 sampai ke 7 dari pangkal bunga sesegera mungkin.
Pemupukan
Seminggu sebelum penanaman bibit, tanah diberi pupuk dasar yang berupa campuran pupuk ZA 75 gram, TSP 75 gram dan KCI 75 gram untuk setiap m2 lahan. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan dari fase tanaman. Untuk fase pertumbuhan, pupuk yang diberikan adalah urea 200 gram, ZA 200 gram dan KNO3 100 gram untuk setiap m2 lahan, sedangkan pada fase pembungaan, pupuk yang diberikan adalah urea 10 gram, TSP 10 gram, ZA 15 gram dan KNO3 25 gram untuk setiap m2 lahan.
Perbanyakaan Anyelir
Perbanyakan anyelir bisa dilakukan melalui biji atau stek pucuk. Biji anyelir dapat berkecambah pada suhu 18-210C. Akan tetapi perbanyakan dengan biji umumnya hanya digunakan untuk tujuan pemuliaan tanaman. Jika menggunakan stek, maka stek yang digunakan harus benar-benar bebas hama dan penyakit terutama virus. Pada suhu – 10C (310F) stek berakar bisa disimpan selama empat bulan, sedang stek tanpa akar bisa mencapai enam bulan (Dole dan walkins,1999).

    Hama, dan Penyakit dari Bunga Anyelir
Tanaman hias yang memiliki penampilan cantik, unik, dan menarik dengan kualitas yang prima senantisa dituntut olh konsumen. Namun, upaya memenuhi keinginan konsumen tersebut menghadapi berbagai masalah, terutama organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti serangga hama, jamur, bakteri, virus dan nematoda.
                                             
 Hama dan penyakit dapat merusak tanaman secara langsung atau menggangu penampilan tanaman sehingga kulitas menurun atau bahkan tidak layak jual. Adapun hama maupun penyakit yang menyerang tanaman Anyelir ;
1.    Layu Fusarium (Fusarium oxysporum)
2.    Tungau merah (Tetranychus sp.)
3.    Kutu daun (Aphid sp.)
4.    Thrips
Perlindungan tanaman diperlukan untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit yang dapat merugikan tanaman. Cara perlindungan tanaman disesuaikan dengan kondisi yang ada, baik dengan kultur teknis, mekanis, biologis maupun kimiawi.

    Panen dan pasca Panen
Tanaman hias (bunga potong baik berdaun maupun sedikit berakar, dan hias daun potong) merupakan organ yang sangat komplek bila dibandingkan dengan biji, buah, dan kebanyakan sayuran. Biji dan buah merupakan sekumpulan beberapa unit morfologi termasuk sepal, petal, androcium, gymnocium, tangkai, dan kadangkala beberapa daun. Masing-masing unti memiliki morfologi dan fisiologi yang berbeda satu sama lainnya. Mereka semua saling berinteraksi dalam proses fisiologi keseluruhan atau keutuhan bunga potong tersebut.
                                           
Pada kebanyakan bunga atau tanaman hias potong terdapat dua stadia fisiologi yang berbeda. Stadia pertama, adalah pertumbuhan dan perkembangan kuncup bunga (flower bud) hingga stadia mekar penuh. Stadia kedua, adalah kematangan, senesen, dan kemudian kelayuan. Jadi penanganan pascapanen mencakup hal-hal yang ditujukan untuk perangsangan pertumbuhan stadia pertama, penghambatan proses metabolisme pada stadia kedua.
Praktek-praktek pemanenan, pengepakan, penyimpanan, pengangkutan, pemasaran, promosi, dan desain wadah penyimpanan merupakan rantai penanganan pascapanen pada dunia bisnis bunga potong tanaman anyelir. Perkembangan teknologi penanganan pascapanen tanaman hias pot dan bunga potong tanaman anyelir maupun tanaman bunga potong lainnya akhirnya telah berkembang, walaupun laju perkembangannya masih sangat lamban. Teknik-teknik penanganan pascapanen untuk mengurangi kehilangan hasil pada komoditi panenan tanaman hias meliputi ;
1.    Seleksi kultivar (atau jenis-jenis) unggul,
2.    Menentukan standar panen (tingkat kematangan)
3.    Perlakuan kimia sebelum pengangkutan
4.    Teknik-teknik pengepakan
5.    Pengaturan lingkungan simpan yang meliputi pengaturan suhu dan komposisi atmosfir penyimpanan
6.    Penggunaan bahan-bahan preservatif (pengawet) dan senyawa-senyawa yang mengatur mekarnya kuncup bunga, dan
7.    Model atau fasilitas pengangkutan.
Karakter fisik anatomi seperti kerapuhan dan kekutan fisik berhubungan dengan tekstur dan berkaitan langsung dengan kualitas keseluruhan yang dipertahankan. Berikut beberapa karakter yang mempengaruhi kualitas langsung dengan kualitas suatu bunga potong dalam hal ini ialah tanaman Anyelir :
1.    Ukuran dan bentuk akhir bunga
2.    Perkembangan kuncup dan kuncup-kuncup lateral lainnya
3.    Perubahan berat segar bunga
4.    Ketegaran dan kesegaran bunga disaat sampai pada konsumen
5.    Perubahan warna petal (mahkota bunga), ini merupakan penilaian bersifat objektif
6.    Kekuatan atau kekokohan tangkai bunga (pedikel), dan
7.    Pencoklatan atau penguningan batang ataupun daun

Tanaman anyelir berbunga pada periode umur 5 bulan sampai dengan 12 bulan setelah bibit ditanam, dan dalam periode itu setiap tanaman menghasilkan sekurang-kurangnya 6 tangkai bunga yang berkualitas baik (grade1). Saat panen yang tepat pada anyelir standar adalah ketika bunga telah setengah mekar atau 3 - 4 hari sebelum mekar penuh. Umur bunga potong, jika tidak ditangani dengan baik hanya 2 hari. Bunga yang seharusnya dipotong harus segera dipotong, karena keterlambatan panen akan menurunkan kuafitas bunga.
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan jika tanah dalam keadaan kering, sebaiknya tanah disiram dulu sampai basah sehingga tanaman yang akan dipotong menjadi segar dan tidak layu.
Pada waktu pemanenan bunga, sebaiknya dilakukan juga seleksi bunga berdasarkan kualitasnya (grade I dan II). Bunga yang tidak termasuk grade I dan II sebaiknya tidak dipanen dan dibuang. Pada kondisi normal bunga bunqa yanq termasuk grade I sekurang-kurangnya 75%. Mengingat bunga yang bernilai jual baik dan mudah penjualannnya adalah yang grade I maka dalam analisis finansial asumsi penjualan didasarkan pada penjualan bunga grade I.
Grade I
Bunga mekar (tidak terlalu mekar atau terlalu kuncup), segar, tidak terserang hama penyakit seperti apid, thrips dan sebagainya, tidak ada bercak, pada pinggir bunga tidak ada busuk kehitaman dan tidak ada luka;
Batang besar (sesuai dengan jenisnya), tegar, lurus dan panjang minimal 60 cm;
Daun hijau segar, tidak kering dan tidak terserang hama penyakit, seperti leafminer, white rust, dan sebagainya;

                                             
Bentuk bunga normal dan tidak ada kelainan-kelainan yang menyimpang dari bentuk atau warna aslinya.
Grade II
Bunga mekar, segar dan tepi tidak terserang penyakit;
Batang boleh agak kecil tapi harus lurus dengan panjang minimal 50 cm;
Kriteria lain sama dengan kriteria grade I dengan sedikit toleransi, misalnya jika daun terserang hama penyakit tetapi tidak terlalu parah masih dapat dimasukkan dalam grade II.
 Pada saat panen bunga, langsung dilakukan pengikatan di lapangan. Bunga yang diikat adalah yang sejenis dan sama gradenya. Jumlah tangkai bunga per ikat disesuaikan dengan besarnya diameter bunga, yaitu minimal berdiameter 20 cm bila dibungkus dan jumlah tangkainya minimal 10 tangkai bunga. Bunga yang sudah diikat, disimpan dalam wadah yang berisi air. Setelah 10 ikat, ikatan tersebut sebaiknya cepat dibawa ke bagian sortasi dan dibungkus dengan kertas pembungkus.


TEKNOLOGI PASCA PANEN ANYELIR


    Manfaat Bunga Anyelir
Ketenaran bunga Anyelir hampir menyamai bunga Mawar, dan juga merupakan salah satu bunga yang paling populer di dunia. Bunga ini merupakan ekspresi dari suatu perasaan yang sentimental, kecantikan, serta kesegaran yang tahan lama. Bunga Anyelir kebanyakan berwarna merah muda, namun ada pula yang berwarna merah, putih, kuning dan hijau. Bentuknya bulat dengan komposisi beberapa bagian kelopak yang terpisah. Bunga ini tumbuh dan mekar di tiap tangkainya.
Bunga ini sering digunakan sebagai bunga perhiasan karena bentuk dan warnanya yang indah dan feminin. Bunga ini juga sering diselipkan di telinga-telinga para wanita dalam tarian-tarian tertentu. Bunga anyelir atau carnation ini dianggap sebagai bunga untuk orang kelahiran January sama seperti halnya batu garnet dan bunga anyelir atau carnation adalah bunga nasional negara spanyol dan digunakan dalam hari-hari spesial seperti hari ibu, parent’s day, hari guru atau pernikahan. Bunga ayelir ini dianggap mengartikan sebagai kekaguman, keindahan, kasih sayang, kebanggaan dan rasa berterima-kasih. Artinya amat beragam tergantung dari warnanya yang bervariasi. Bunga carnation yang berwarna merah dianggap memberi arti sebagai kekaguman sedangkan warna merah gelap artinya kasih sayang yang dalam, warna putih mengartikan cinta yang murni, persahabatan dan keberuntungan. Selain itu bunga anyelir atau carnation yang bergaris2 memberi simbol penyesalan atas cinta yang tak terbalaskan, warna ungu mengartikan ketidaktetapan, merah muda artinya romantis dan cinta yang tak pernah mati.
FISIOLOGI DAN KARAKTERISTIK SERTA PENANGANAN PASCAPANEN ANYELIR SEBAGAI BUNGA POTONG DAN TANAMAN HIAS
Pengetahuan tentang fisiologi dan teknologi penanganan pascapanen tanaman hias dapat dikatakan relative lebih sedikit bila dibandingkan dengan tanaman buah maupun sayuran. Hal ini dikarenakan organ tanaman atau organ panenan yang kebanyakan berupa pucuk bunga dengan sekumpulan petal adalah merupakan sistim yang sangat berbeda dengan organ tanaman lainnya dalam hal proses-proses senesen.
Waktu antara kematangan dengan senesen dan kematian sangatlah pendek bila dibandingkan organ lainnya seperti buah dan daun. Ada dua perbedaan mendasar dalam hal penanganan pascapanen dan fisiologi dari senesen pada tanaman hias bila dibandingkan dengan produk-produk pertanian lainnya.

Perbedaan tersebut meliputi :
    1.Tanaman hias (bunga potong baik berdaun maupun sedikit berakar, dan hias daun potong) merupakan organ yang sangat komplek bila dibandingkan dengan biji, buah, dan kebanyakan sayuran. Biji dan buah merupakan sekumpulan beberapa unit morfologi termasuk sepal, petal, androcium, gymnocium, tangkai, dan kadangkala beberapa daun. Masing-masing unit memiliki morfologi dan fisiologi yang berbeda satu sama lainnya. Mereka semua saling berinteraksi dalam proses fisiologi keseluruhan atau keutuhan bunga potong tersebut.
    2. Kebanyakan buah dan sayuran dipanen setelah mencapai stadia perkembangan yang sempurna atau perkembangan penuh. Teknik penanganan pascapanen dari pada buah dan sayuran adalah secara langsung ditujukan untuk penundaan senesen dan mempertahankan produk tetap dalam keadaan segar.
Pada kebanyakan bunga atau tanaman hias potong terdapat dua stadia fisiologi yang berbeda. Stadia pertama, adalah pertumbuhan dan perkembangan kuncup bunga (flower bud) hingga stadia mekar penuh. Kedua, adalah kematangan, senesen, dan kemudian kelayuan. Jadi penanganan pascapanen mencakup hal-hal yang ditujukan untuk perangsangan pertumbuhan stadia pertama, dan penghambatan proses metabolisme pada stadia kedua.
Perubahan kimia fisik selama pematangan
1. Perubahan struktur.
    Gejala kehilangan berat segar jaringan bunga merupakan hal yang jelas pada stadia akhir senesen. Kehilangan air akan terjadi pada proses penuaan menunjukkan kehilangan integritas membran sehingga meningkatkan permeabilitas dan kebocoran.
    Perubahan mikroskopik yang dapat dilihat pada senesen daun adalah perubahan pada kloroplas. Kloroplas akan kehilangan tepung (amilum) karena diubah menjadi gula. Jadi penundaan atau perlambatan proses senesen daun berhubungan dengan penurunan peptida hydrolase pada daun arau penundaan laju pembentukannya.

2. Perubahan biokimia.
    Respirasi dan hidrolisis enzimatik pada komponen sel merupakan dua kejadian biokimia dan metabolisme yang terjadi selama senesen bunga, terutama organ petal. Peningkatan aktivitas enzim peroksidase sehubungan dengan peningkatan kadar peroksida yang terlibat dalam perangsangan senesen dan perangsangan pembentukan etilen. Selama periode senesen bunga, terjadi penurunan kandungan amilum atau tepung, polisakarida dinding sel, protein dan asam nukleat. Namun terjadi peningkatan aktivitas ribonuklease. Karena kejadian-kejadian ini, gejala yang dapat dilihat pada petal adalah perubahan warna dari merah menjadi biru.
3. Perubahan metabolisme.
    Laju respirasi pada kebanyakan bunga potong biasanya memuncak pada saat mekar bunga, dan kemudian menurun selama proses pematangan dan senesen. Kemudian terdapat puncak kedua yang sangat singkat dan kemudian menurun kembali. Upaya penundaan senesen pada bunga biasanya ditujukan pada penundaan tercapainya puncak kedua respirasi tersebut. Dalam aplikasinya, penundaan tersebut dapat menggunakan larutan sukrose sebagai bahan larutan vas ataupun dengan cara penyemprotan ke seluruh bagian bunga potong. Ketidak-pekaan respirasi terhadap sianida akan meningkat pada beberapa bunga. Hal ini menunjukkan pembentukan radikal-radikal bebas dengan potensialoksidasi yang tinggi akan merangsang senesen. Hal ini juga menyebabkan organ akan sangat peka terhadap etilen.
4. Perubahan pigmen.
    Proses hilangnya warna merupakan gejala umum kebanyakan senesen beberapa bunga potong. Dua komponen utama pigmen pada bunga seperti karotenoid dan anthosianin bertanggung jawab terhadap warna-warna bunga. Kandungan kedua pigmen tersebut akan berubah selama perkembangan dan pematangan organ-organ tanaman, termasuk pula bunga. Perubahan warna pada petal yang sedang mengalami senesen sangat dipengaruhi oleh perubahan pH vakuola. Proses perubahan warna petal bunga yang semulanya berwarna merah disebabkan penuaan dan peningkatan pH. Hal ini dikarenakan selama proses perubahan tersebut berlangsung, perusakan protein terjadi sehingga meningkatkan kandungan amonia bebas tidak dapat dihindari.

    B.     Hama dan penyakit tanaman pasca panen
Berikut ini beberapa jenis hama yang sering menyerang tanaman hias beserta cara penangulangannya.
1. Kutu Putih (Mealy Bugs)
    Kutu putih merupakan hama yang paling banyak ditemui menyerang tanaman hias. Kehadirannya cukup mudah dideteksi. Mereka bergerombol di batang, daun, ketiak daun, bawah daun sampai pucuk daun. Disebut kutu putih karena warnanya yang terlihat putih karena adanya semacam serbuk berwarna putih yang menyelimuti tubuhnya.
    Kutu putih menghisap cairan daun, sehingga menyebabkan daun menjadi kisut. Kutu putih juga mengeluarkan semacam cairan “madu” yang lama kelamaan akan berubah menjadi jelaga berwarna hitam di permukaan daun. Selain mengakibatkan kerusakan pada tanaman, kutu putih juga bisa menularkan virus dari tanaman yang satu ke tanaman yang lain.
    Beberapa hobiis sering kesulitan memberantas kutu putih. Hal ini diakibatkan adanya semacam lapisan lilin yang menyelimuti tubuh si kutu. Lapisan lilin ini melindungi tubuh kutu putih termasuk dari serangan insektisida. Cara sederhana yang sering dilakukan adalah dengan menyemprotkan larutan detergen cair dengan dosis satu sendok makan detergen cair dengan satu liter air. Setelah di semprot dengan cairan detergen, maka lapisan lilin pada kutu putih akan hilang, dan warna kutu berubah menjadi kekuningan. Ini menandakan bahwa “perisai” si kutu sudah hilang. Sekarang giliran insektisida beraksi menumpas si kutu. Insektisida yang umum digunakan seperti Decis, Curacron, Confidor, Rumba, dll dosis 2 ml/Liter. Penyemprotan insektisida bisa diulang seminggu kemudian, sampai serangan hilang. Satu hal yang perlu diingat, agar media tanam tidak terkontaminasi dengan larutan detergen yang bersifat alkalis, maka sebaiknya setelah treatmen ini, media tanam diganti dengan yang baru dan steril.
2. Root Mealy Bugs
    Root Mealy Bugs berbentuk seperti kutu putih, tetapi hidup menempel pada akar tanaman. Tanaman yang terserang akan menjadi kurus, kerdil, daun menjadi kecil dan layu. Untuk mengetahui serangan hama ini, maka perlu mencabut tanaman dari media. Penanganan yang umum dilakukan adalah dengan menyemprotkan insektisida sistemik seperti Confidor, supracide dengan dosis seperti aturan yang tertera (umumnya 2 ml/Liter). Untuk menjamin bahwa serangan root mealy bugs bisa diberantas dengan tuntas, maka perlu melakukan penggantian media tanam.
3. Ulat
    Dua macam ulat yang biasa menyerang tanaman hias adalah Spodoptera yang menyerang daun dan Noctuidae yang memakan batang. Serangan spodoptera ditandai dengan adanya daun yang robek/rusak. Sedangkan serangan Noctuidae lebih sulit dideteksi, karena mereka menggorok batang tanaman dari dalam, yang bisa berakibat fatal.
Pada tahap serangan ringan, penanggulangan dengan manual, yaitu membunuh ulat yang tampak. Tetapi apabila serangan sudah mulai serius, maka digunakan insektisida seperti Decis, Confidor, Curacron, dosis 2 ml/Liter.
4. Belalang
    Gejala serangan belalang hampir mirip dengan serangan Spodoptera. Belalang mempunyai kemampuan untuk berpindah kedaun atau tanaman lain dengan cepat, sehingga serangannya dengan mudah bisa berpindah-pindah
Pada serangan ringan, penanggulangan bisa dilakukan dengan memungut dan membuang belalang yang tampak, tetapi pada serangan yang serius, maka pemakaian insektisida seperti Decis, Confidor, Curacron dll dengan dosis 2 ml/Liter tidak bisa dihindarkan.

5. Tungau (Thrips)

    Tungau berbentuk seperti lintah dengan ukuran yang kecil dan melekat kuat dibalik daun serta pelepah tanaman. Thrips akan menghisap cairan tanaman sehingga akan membuat daun mengkerut, menguning, kisut dan bahkan akhirnya mati.
Pada serangan ringan, penanggulangan bisa dilakukan dengan mengerik kumpulan thrips dengan kuku atau alat lain.Tetapi pada serangan yang serius, maka digunakan insektisida seperti Decis, Confidor, Curacron dll dengan dosis 2 ml/Liter.
6. Keong Tanpa Cangkang
    Hama ini berbentuk seperti siput yang berukuran kecil dan tidak mempunyai cangkang. Gejala serangan hampir mirip dengan serangan ulat atau belalang, tetapi dalam area yang lebih kecil karena pergerakan keong yang lambat. Keong tanpa cangkang aktif dimalam hari, makanya pengendalian mekanis bisa dilakukan dimalam hari. Sedangkan pengendalian secara kimia bisa dilakukan dengan aplikasi insektisida Mesurol dengan dosis 2 ml/Liter.
7. Aphid
    Aphid adalah serangga kecil yang berbentuk seperti buah pear dengan warna hijau atau coklat. Aphid menghisap cairan tanaman, sehingga menyebabkan daun menjadi keriting, tanaman menjadi terhambat pertumbuhannya dan menjadi kerdil. Aphid juga mengeluarkan cairan seperti madu yang akan berubah menjadi jelaga hitam.
Pengendaliannya sama dengan hama yang lain yaitu menggunakan penyemprotan insektisida seperti Decis, Confidor, Curacron dll dengan dosis 2 ml/Liter.
8. Spider Mite
    Seperti namanya hama ini adalah keluarga laba-laba yang berbentuk kecil. Spider Mite juga menghisap cairan pada tanaman. Serangan hama ini mengakibatkan daun berwarna kuning, kemudian muncul bercak-bercak pada bagian yang dihisap cairannya.
Serangan Spider mite secara besar bisa mengakibatkan daun habis dan tanaman mati. Spider mite lebih kebal terhadap insektisida. Untuk itu disarankan menggunakan akarisida seperti Kelthane sesuai dosis dikemasannya.
9. Fungus Gnats
    Adalah serangga yang berbentuk seperti nyamuk berwarna hitam. Larvanya yang berbentuk seperti cacing hidup didalam media tanam dan sering makan akar halus tanaman. Fungus Gnat dewasa merusak seludang bunga, dengan gejala seranganmunculnya bintik-bintik hitam pada seludang bunga.
Pada fase masih menjadi larva, maka penanganannya dilakuakn dengan menaburkan Nematisida seperti Furadan G ke media tanam. Sedangkan pada fase dewasa, dilakukan penyemprotan insektisida seperti Decis, Confidor, Curacron dll dengan dosis 2 ml/Liter.
10. Cacing
    Cacing yang sering menjadi hama adalah Cacing liang (Radhopolus Similis) yang menghisap cairan pada akar tanaman. Gejala tanaman yang terserang hama ini adalah tanaman menjadi lambat tumbuh dan kerdil serta menghasilkan bunga yang kecil. Untuk mengatasinya digunakan Nematisida seperti Furadan G yang ditaburkan pada media tanam sesuai aturan yang tertera dalam kemasan.
    Demikianlah sepuluh hama yang sering dijumpai menyerang tanaman hias. Tindakan terbaik adalah melakukan pencegahan sebelum hama menyerang tanaman, yaitu dengan sering mengontrol tanaman dan perkembangannya. Penggunaan media tanam yang steril serta penggantian media tanam secara terjadwal, menjaga kebersihan lingkungan tempat tanaman diletakkan, serta menjauhkan tanaman yang sudah terindikasi mendapat serangan.
    Apabila serangan hama sudah terjadi, untuk skala serangan awal, cara manual / mekanis lebih dianjurkan. Sedangkan apabila serangan sudah memasuki tahap serius, maka penggunaan insektisida, akarisida dan nematisida tidak terelakkan lagi. Dosis yang dianjurkan adalah seperti yang tertera pada kemasan, atau umumnya bisa menggunakan dosis 2 ml/Liter untuk yang berbentuk cair. Dan dosis 2 Gr/Liter untuk yang berbentuk powder. Sedangkan Nematisida seperti Furadan G yang berbetuk butiran disesuaikan dengan lebar dan volume pot/media tanam.

    Aplikasi pestisida pada tanaman hias sebaiknya digunakan secara bijak, mengingat dampak negative yang bisa ditimbulkan. Karena umumnya tanaman hias diletakkan berdekatan dengan manusia, disamping juga pertimbangan akan adanya kemungkinan serangga menjadi semakin kebal dengan insektisida yang digunakan.
Sedangkan berikut ini adalah beberapa Penyakit pada tanaman hias :
1. Busuk Akar
    Penyakit ini ditandai dengan daun yang menjadi pucat lalu busuk, batang yang berlubang dan layu, serta akarnya berwarna coklat kehitaman. Busuk akar disebabkan karena media yang terlalu lembap sehingga menyebabkan cendawan cepat berkembang. Tanggulangi busuk akar dengan mengganti media baru yang lebih porous, lalu potong bagian akar yang busuk dan oleskan fungisida pada bekas potongan. Bisa juga dengan menyemprotkan fingisida Previcur N dosis 1 ml/l dengan frekuensi 2 minggu sekali.
2. Layu Fusarium
    Gejala serangan ditandai dengan tulang daun yang pucat berubah warna menjadi cokelat keabuan lalu tangkainya membusuk. Penyababnya adalah media yang selalu basah sehingga media tanam jadi ber-pH rendah. Kondisi tersebut membuat cendawan fusarium oxysporium leluasa berkembang. Penyakit ini dapat ditanggulangi dengan cara mengganti media tanam. Dapat juga dengan menyiramkan fungisida Derosol 500 SC dosis 1,5 ml/l setiap 2 minggu. Bisa juga diatasi dengan menyemprotkan fungsida Folicur 25 WP 1-2 g/l atau Folocur 250 EC 1-2 ml/l atau Delsane MX 200 dosis1 g/l. Penyakit ini dapat dicegah dengan menyiramkan Folicur 250 EC dengan konsentrasi 2 ml/l setiap 2 minggu sekali.
3. Layu Bakteri
    Dari namanya tentu dapat diketahui bahwa penyakit tanaman disebabkan oleh bakteri. Layu bakteri ditandai dengan daun dan batang yang melunak serta bau yang tak sedap. Untuk mencegahnya, media tanam harus tetap dijaga agar tidak terlalu basah dan lingkungan sekitar tidak terlalui lembap. Atasi layu fusarium dengan menyemprotkan bakterisida Agrept dosis 1-2 ml/l atau Starner dosis 1 g/l setiap 2 minggu sekali.
4. Bercak Daun
    Penyakit ini disebabkan oleh cendawan. Sesuai namanya, penyakit ini ditandai dengan adanya bercak daun yang lama kelamaan akan membusuk. Bercak daun ini dapat diatasi dengan langsung memotong daun yang busuk. Dapat juga menyemprotkan fungisida folicur 25 WP dosis 1-2 g/l atau folicur 250 EC dosis 1-2 ml/l. Selain itu, dapat juga dengan menggunakan Score dosis 1 cc/l.
Frekuensi penyemprotan 2 minggu sekali. Pupuk berkadar kalsium tinggi juga dapat membantu mengatasi penyakit ini.

    C. Indeks kematangan
1. Senesen dan Kematangan Pada Bunga Potong
Senesen merupakan salah satu tahapan perkembangan biologis. Proses ini merupakan salah satu seri perubahan menuju kematian suatu organisme. Menurut Sacher, senesen diartikan sebagai stadia akhir dari suatu organ yang tidak dapat balik dan mengawali proses perusakan sel-sel, dan akhirnya kematian organ tersebut. Sedangkan menurut Leopold, senesen adalah sebagai proses perusakan yang merupakan penyebab alami daripada kematian suatu organ.
    Kematangan komoditi panenan yang dalam hal ini bunga potong merupakan faktor penting dalam kegiatan penanganan pascapanen. Dalam fisiologi pascapanen istilah matang sangat berbeda dengan istilah masak. Matang diartikan sebagai stadia pertumbuhan dan perkembangan yang lengkap atau stadia yang akan menjamin penyelenggaraan proses pemasakan. Para ahli teknologi pascapanen mendefinisikan matang sebagai stadia pada saat komoditi mencapai fase perkembangan yang cukup setelah panenan dan penanganan pascapanen dan kualitasnya masih dapat diterima oleh konsumen. Didasari atas pengertian tersebut, maka tingkat kematangan komoditi hortikultura sangat penting karena akan mempengaruhi kualitas jual komoditi bersangkutan. Namun demikian sangatlah sulit untuk menentukan tingkat kem,atangan pada suatu tanaman hias bunga potong. Hal ini dikarenakan kebanyakan pada bunga potong, stadia yang nampak secara mata telanjang (visual) merupakan hal yang menentukan kualitas bunga tersebut. Sebagai contoh, saat stadia kuncup pada kebanyakan jenis bunga merupakan saat panen yang baik karena pada saat itu merupakan kualitas yang baik juga diperoleh. Namun bila dilihat secara fisiologis, stadia kematangan pada saat tersebut belum tercapai. Jadi nampaknya dari kedua proses yang berbeda tersebut di atas, senesen merupakan hal penting bagi penanganan pascapanen bunga potong ataupun tanaman hias pot. Menghambat senesen merupakan tujuan utama dalam teknologi pascapanen bunga potong.
 
    D.    Cara penanganan pasca panen
1. Penanganan pasca panen tanaman hias bunga potong
kualitas atau mutu bunga potong tergantung pada penampilan dan daya tahan kesegarannya. Bunga potong dengan mutu unggul (prima) tentu memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan dengan bunga potong bermutu rendah. Untuk mempertahankan mutu bunga potong tetap prima perlu memperhatikan beberapa perlakuan terutama saat bunga siap panen sampai pada pemanfaatnya oleh konsumen. Terdapat beberapa aspek dan tahapan proses dalam upaya perlakuan pascapanen tanaman hias sehingga komoditi tersebut masih dalam keadaan berkualitas baik sampai pada konsumen. Tahapan dan aspek-aspek tersebut meliputi,
    a. Aspek bercocok tanam (prapanen)
    Dalam bercocok tanam tanaman hias yang ditujukan untuk pemanenan bagian-bagian hias yang dipotong (hias potong), tentunya harus memperhatikan aspek lingkungan yang sangat menentukan kualitas organ panenan tersebut. Cahaya dan suhu merupakan unsur iklim atau cuaca yang sangat berperan sebagai faktor tumbuh dalam menghasilkan bunga berkualitas baik. Perubahan suhu yang tidak tiba-tiba merupakan kondisi suhu yang menguntungkan, daripada suhu yang berubah secara drastis.
    b. Kematangan komoditi saat panen
    Kematangan tanaman hias (organ bunga) merupakan suatu faktor penting, dan kematangan dapat diketahui dengan memperhatikan dan memperkirakan ukuran tanaman ataupun tingkat perkembangan (derajat membukanya kuncup bunga). Sebagai contoh, pada mawar, keadaan kuncup merupakan stadia yang baik dan pada stadia ini kebanyakan tanaman mawar tahan terhadap penyakit fisiologis. Sedangkan bila perkembangan lewat dari keadaan kuncup atau telah telah mekar sebagian, kualitas bunga yang diperoleh rendah dan umur vas sangat singkat. Pemanenan sebaiknya dilakukan sewaktu bunga mengandung banyak air, yaitu sekitar pukul 06.00 –08.00. Walaupun demikian panenan juga dapat dilakukan pada pukul 16.00 – 17.00. Pada saat tersebut, penyerapan air yang dilakukan oleh tanaman berlangsung lebih banyak daripada penguapannya. Jika pemanenan dilakukan pada siang hari, dikhawatirkan tanaman sudah mulai melakukan metabolisme aktif sehingga daya tahan bunga terhadap kelayuan menjadi rendah.
    c. Teknik Panenan
    Panen tanaman hias (bunga potong) umumnya dilakukan secara manual. Penggunaan alat-alat mekanik sangat sedikit, hanya pada alat-alat pengangkutan dan alat pengikat (penyatu) satuan-satuan potongan (tangkai) bunga. Tujuan panenan adalah untuk mengumpulkan komoditi pada tingkat kematangan yang baik, dengan kerusakan dan kehilangan hasil yang rendah, secepat mungkin, dan biaya murah. Alasan ini yang membuat panenan secara manual lebih cenderung dipilih untuk tanaman hias terutama bunga potong. Keuntungan-keuntungan panenan secara manual meliputi,
    a) Pemanen dapat memilih tingkat kematangan yang tepat sehingga memungkinkan penentuan grade yang tepat, dan pemanenan dapat secara berulang,
    b) Pemanen dapat menangani komoditi dengan tingkat kerusakan yang rendah,
    c) Laju panenan dapat dengan mudah ditingkatkan dengan penambahan tenaga kerja, dan
    d) panenan secara manual bermodal kecil.
    Masalah utama panenan secara manual terpusat pada tenaga kerja. Penyediaan tenaga kerja merupakan masalah bagi petani. Tenaga kerja dapat sangat mahal pada sat musim panen serentak. Meskipun demikian, kualitas merupakan aspek yang sangat penting demi suksesnya pemasaran bungan potong. Hal inilah yang menyebabkan sistim panen secara manual tetap sebagai pilihan utama.
    d. Grading
    Pengelompokan komoditi ke dalam klas atau kelompok kualitas tertentu, merupakan tujuan pada tahapan grading ini. Kesulitan menentukan klas kualitas hingga kini belum ada patolan yang baku. Society of American Florist mencoba menentukan beberapa patokan kualitas bunga potong bagi anggota-anggotanya. Kualitas bunga didasari atas kuncup dan mekarnya bunga, kekuatan tangkai, kualitas daun, lurus dan panjangnya tangkai bunga.
   Didasari atas pengertian kualitas yang telah dibahas didepan, maka untuk menentukan kualitas suatu komoditi memerlukan kriteria tersendiri. Kriteria tersebut mencakup beberapa aspek, yaitu :
    a)      Aspek kuantitatif, yang meliputi berat, panjang tangkai, jumlah daun, ukuran bunga, dan ukuran daun,
    b)      Aspek kualitatif, yang meliputi bebas hama-penyakit, bebas kerusakan mekanik, dan kondisi bunga, dan
    c)      Aspek yang tersembunyi dan menyangkut perasaan. Aspek ini biasanya dinilai dari penampilan (aspek keindahan), dan warna serta ukuran.

    E. Bunching (pengikatan)
    Bunga-bunga biasanya dipasarkan dalam bentuk ikatan atau rangkaian 10 – 25 tangkai, walaupun beberapa konsumen dan jenis bunga dipasarkan dalam bentuk 1 tangkai atau kuntum bunga saja. Kebanyakan pengikatan rangkaian bunga dilakukan secara manual. Kemudian, ikatan tersebut biasanya dibungkus kertas atau plastik polyethylene.
    f. Packaging (pengepakan) dan penyimpanan
Bunga-bunga potong umumnya dipak dengan menggunakan kotak kertas panjang, dan pada bagian atasnya diberikan lapisan. Ukuran kotak pak biasanya 50 cm x 30 cm. Untuk beberapa jenis tanaman hias (bunga) yang besar seperti gladiol, sering menggunakan pak khusus dari bahan kayu kamfer yang dilapisi lilin. Ikatan beberapa potong bunga biasanya dipak secara individu (satu pak satu tangkai bunga potong). Untuk jenis-jenis yang kecil, pengepakan sering langsung terdiri dari beberapa ikatan dalam satu pak. Untuk pengepakan akhir, anatara sususan/lapisan bunga diberikan lapis pengaman berupa kertas koran ataupun plastik isolator. Bila pak yang digunakan cukup besar. Biasanya dibuatkan rak-rak dari kayu tipis. Hal ini bertujuan untuk melindungi bunga dari benturan-benturan fisik. Cara penyimpanan bunga potong tergantung pada jenis bunga. Cara-cara penyimpanan yang umum dilakukan untuk kebanyakan jenis bunga potong antara lain dengan merendam tangkai bunga ke dalam air, pemberian perlakuan kimia, ataupun dengan cara perlakuan pendinginan. Teknologi sederhana yaitu dengan cara merendam tangkai bunga ke dalam air yang bersih. Contoh ini banik bagi anyelir. Namun untuk anthurium dan gladiol akan menguntungkan bilamana tangkai bunga-bunga tersebut direndam dalam air yang hangat (30 – 35OC) selama dua menit sebelum dikemas. Untuk bunga potong krisan, sebaiknya direndam dalam larutan pengawet (Chrysal 5 gr/l).
Selama perendaman, bunga-bunga tersebut disimpan pada ruang dingin dengan kelembaban udara cukup tinggi. Dengan perlakuan kimia, kuntum bunga anyelir dapat dipertahankan tetap dalam stadia kuncup selama dalam penyimpanan. Kuncup tersebut kemudian diperlakukan dengan sukrosa untuk tujuan memekarkan kembali.
    g. Pengaturan suhu pascapanen
Pada dasarnya pengaturan suhu untuk tanaman hias adalah perlakuan pendinginan (cooling). Teknik-teknik cooling yang biasa diterapkan pada tanaman hias ataupun bunga potong meliputi :
    a)      Forced air-free cooling
    Teknik pendinginan menggunakan tekanan udara. System ini bekerja karena adanya perbedaan tekanan yang menyebabkan udara mengalir melalui ventilasi kontainer. Dicapainya pendinginan yang cepat karena adanya kontak antara udara dingin dengan produk yang hangat.
    b)      Room Cooling
    Merupakan metode pendinginan yang luas pemakaiannya, yaitu dengan memasukkan tanaman hias atau bunga potong ke dalam ruangan penyimpanan. Ke dalamruang simpan dialirkan udara dingin dan diatur agar bergerak secara horisontal mengenai tanaman hias atau bunga potong yang ada di dalam kontainer atau tempat penyimpanan.
    c)      Vacuum Cooling
    Melalui metode ini, pendinginan diperoleh dengan cara mengurangi tekanan atmosfir di dalam ruangan yang besar, kuat, dan terbuat dari baja. Penurunan tekanan atmosfir juga mengurangi tekanan uap air berkurang, maka produk akan berevaporasi. Untuk mengurangi kehilangan berat, selama periode pendinginan dilakukan penyemprotan air secara halus ke dalam ruangan.
    d)     Package Icing
    Cara ini merupakan cara pendinginan dengan memasukkan es ke dalam kontainer atau kotak pak penyimpanan. Jumlah es yang diberikan tergantung pada suhu awal produk. Es-es yang dimasukkan ke dalam wadah penyimpanan berupa bongkah-bongkah es, pecahan es, atupun air es yang disemprotkan ke permukaan produk sesaat setelah dimasukkan. Pekerjaan pendinginan metode ini dilakukan secara manual. Pendinginan atau pengaturan suhu rendah ditujukan untuk menunda senesen.
         
Jadi memperpanjang umur komoditi dalam simpanan. Perlakuan pendinginan biasanya dilakukan selama periode simpan atau pengumpulan sesaat setelah panen, dan selama perjalanan sehingga nantinya bila sampai pada pasar, komoditi masih dalam keadaan segar.
h. Pengaturan air
    Air yang cukup merupakan faktor yang sangat penting dalam penanganan pascapanen bunga potong ataupun tanaman hias lainnya. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengaturan air:
    a)      Bucket (ember-wadah) Syndrome Tanpa pendinginan yang cukup, bunga potong tidak mungkin diipertahankan tetap segar. Dahulu untuk menyediakan air yang cukup atau mempertahankan kelembaban, ke dalam kontainer dimasukan ember-ember berisi air. Kini dengan adanya pengaturan secara modern penggunaan ember telah ditinggalkan. Dengan menggunakan ember-ember berisi air, kelembaban tidak dapat diatur, dan air yang berada di dalam kontainer terlalu banyak sehingga mengurangi ruang simpan.
    b)      Kualitas air Air dapat mempengaruhi pH dan bahan-bahan terlarut dalam air vas sehingga mempengaruhi umur vas bunga potong tersebut. Airpun mempengaruhi kualitas bunga potong sejak tanaman masih di lapangan atau masih dalam periode pertumbuhan. Oleh karena itu ada upaya memperbaiki kualitas air. Secara sederhana penambahan asamyang cukup, dapat menurunkan pH hingga 3 – 3,5. Asam sitrat merupakan asam yang baik untuk mengatur pH air tanpa efek yang membahayakan bila penambahan asam tersebut berlebihan. Garam 8-hydroxyquinoline dan aluminium sulfat umumnya digunakan sebagai bahan aktif bakterisida pada bunga-bunga potong. Disamping itu, bahan-bahan tersebut dapat sebagai bahan penurun kemasaman larutan vas.
    Untuk masa mendatang, kemungkinan digunakan penanganan kering pada bunga potong akan dilakukan. Pada sitim ini bunga-bunga tidak diletakkan dalam air. Keuntungan lain metode kering ini adalah memperpanjang umur simpan dalam vas, efisien dalam penggunaan alat pendingin dan ruang pendingin, dan mengurangi biaya pananganan pascapanen.
i. Pemberian karbohidrat
    Pemberian senyawa-senyawa karbohidrat pada bunga potong bertujuan memperpanjang umur vas. Bahan-bahan komersial sebagai sumber karbohidrat adalah Floralife, Oasis, Florever, dan Vivalafleur. Penambahan karbohidrat yang cukup pada beberapa bunga potong selama 24 jam dalam larutan sukrosa segera setelah panen dapat memperpanjang umur vas. Berikut beberapa bahan karbohidrat yang sering digunakan sebagai bahan memperpanjang umur vas bunga potong, a. 1,5 persen sukrose ditambahkan 320 ppm asam sitrat dapat digunakan sebagai larutan vas untuk mawar b. 1,5 persen sukrose ditambahkan 320 ppm asam sitrat dan 25 ppm silver nitrat dapat digunakan sebagai larutan vas gladiol dan anyelir c. 1,5 persen sukrose ditambahkan 250 ppm 8-hydroxy-quinoline sitrat dapat digunakan sebagai larutan vas kebanyakan jenis bunga d. 20 persen sukrose ditambahkan 250 ppm 8-hydroxy-quinoline sitrat digunakan sebagai larutan untuk merendam gladiol selama 24 jam e. 10 persen sukrose ditambahkan 200 ppm physan dapat digunakan sebagai larutan merangsang membukanya kuncup anyelir f. 2 persen sukrose ditambahkan 200 ppm physan dapat digunakan sebagai larutan perangsang membukanya kuncup krisan Dapat dikatakan bahwa penggunaan bahan aktif larutan vas bunga potong, tingkat konsentrasinya berbeda untuk masing-masing varietas ataupun jenis tanaman. Biasanya, konsentrasi di atas 1,5 persen dapat menyebabkan terbakarnya daun-daun bunga potong mawar, tetapi pengaruhnya sangat kecil pada anyelir.
    Dari beberapa hasil penelitian, dilaporkan bahwa penambahan karbohidrat sebagai sumber gula pada larutan vas, ternyata merangsang kerja sitokinin endogen untuk menunda senesen bunga, dan menghambat etilen dalam merangsang kelayuan (senesen). Hal ini berkaitan dengan meningkatnya kekebalan jaringan atau organ terhadap etilen atau menunda pembentukan etilen alami. Hasil penelitian lainnya menjelaskan bahwa sukrose meningkatkan ke-seimbangan air pada jaringan bunga potong. Ini berkaitan dengan pengaruh gula pada proses membuka dan menutupnya stomata dan pengurangan kehilangan air. Kemudian, setelah pemberian gula mencapai ke kuntum bunga, terjadi peningkatan dalam keseimbangan air. Keseimbangan air ini berkaitan pula dengan menurunnya konsentrasi asam absisi endogen.
    j. Pengatur tumbuh
    Penanganan pascapanen komoditi hortikultura termasuk tanaman hias dan bunga potong selalu melibatkan pengaruh etilen. Akan tetapi teknologi untuk mengurangi etilen pada ruang simpan, pak, dan areal atau ruang penanganan jarang dilakukan terhadap tanaman hias dan bunga potong. Padahal, kontaminasi etilen pada semua tingkatan proses pascapanen bunga potong adalah umum atau selalu ada.
    Secara umum, untuk memperpanjang umur bunga potong dengan pengaturan ruang simpan dan pak penyimpanan dirasa sudah cukup. Penghilangan etilen membutuhkan teknologi yang cukup mahal. Upaya memperpanjang umur simpan bunga potong yang sering dilakukan petani produsen adalah dengan menggunakan senyawa anti etilen seperti ion silver. Perendaman bunga potong pada larutan silver atau thiosulfat setelah panen dapat menghambat pembentukan etilen endogen maupun menghambat pengaruh etilen eksogen, sehingga kuncup-kuncup bunga masih dapat dipertahankan dalam keadaan tidur untuk beberapa waktu lamanya.
     

PENYIMPANAN DAN MODIFIKASI ATMOSFIR ANYELIR
Film kemasan polyethtlene merupakan bahan pengemas plastik yang baik digunakan pada sistem penyimpanan pada dengan atmosfer modifikasi karena mempunyai permeabilitas yang besar terhadap CO2 dibandingkan dengan O2 meskipun permeabilitas film kemasan polyethtlene cukup besar tetapi tidak cocok digunakan sebagai kemasan penutup (Rosalina,2011).
Plastik sebagai bahan kemas sangat luas penggunaannya, serbaguna untuk melindungi dari kerusakan, menyimpan dan memamerkan bunga. Jenis plastik yang paling banyak digunakan adalah plastik polyethilen dan polypropilen karena harganya murah, kuat bersifat kedap air, memudahkan penanganan dalam distribusi serta bahan bakunya mudah diperoleh. Permeabilitas plastik polypropilen terhadap O2, CO2, maupun H2O lebih rendah daripada plastik polyethilen.
Penggunaan plastik sebagai bahan kemasan bunga dapat memperpanjang masa simpan produk hortikultura segar,dimana kemasan plastik memberikan perubahan gas-gas atmosfer dalam kemasan berbeda dengan atmosfer udara normal yang mana terdapat memperlambat perubahan fisiologis yang berhubungan dengan pemasakan dan pelayuan

 Secara bersamaan dipengaruhi pula oleh aktivitas respirasi dari produk yang dikemas tersebut. Menurut Pantastico (1993), konsentrasi O2 yang rendah dapat mempunyai pengaruh :
a.  Laju respirasi dan oksidasi substrat menurun
b. Pematangan tertunda dan sebagai akibatnya umur komoditi menjadi lebih  panjang
c. Perombakan klorofil tertunda
d. Produksi C2H4 rendah
e. Laju pembentukan asam askorbat berkurang
f. Perbandingan asam-asam lemak tak jenuh berubah
g. Laju degaradasi senyawa pektin tidak secepat seperti dalam udara

Untuk mendukung agar respirasi berlangsung wajar selama proses senescence diperlukan suatu minimal (dalam batas tertentu) pemusatan oksigen, di bawah batas minimal akan terjadi respirasi anaerob dan dihasilkan alkohol, sehingga dapat menyebabkan hilangnya aroma dan terjadinya kerusakan jika peristiwa berlangsung lama serta alkohol yang dihasilkan itu mencapai ± 100 mg. Proses aerasi menyebabkan sejumlah kecil alkohol tadi akan hilang dan dengan demikian pergantian/perubahan-perubahan zat-zat akan berlangsung kembali secara wajar (Pantastico et al, 1986).
Untuk memperlambat kemunduran pasca panen komoditas bunga diperlukan suatu cara penanganan dan perlakuan yang dapat menurunkan respirasi dan transpirasi sampai batas minimal dimana produk tersebut masih mampu melangsungkan aktivitas hidupnya. Pengemasan dengan plastik film adalah salah satu cara untuk menurunkan respirasi untuk produk hortikultura segar.

            Dengan kemasan plastik untuk produk segar tersebut dapat menyebabkan adanya perubahan atau modifikasi konsentrasi CO2 dan O2 sekitar produk di dalam kemasan, dimana konsentrasi CO2 akan meningkat dan O2 menurun akibat interaksi dari respirasi komoditi yang dikemas dan permeabilitas bahan kemasan terhadap kedua gas tersebut.
Kehilangan air (transpirasi) dapat merupakan penyebab utama deteriorasi karena tidak saja berpengaruh langsung pada kehilangan kuantitatif (bobot) tetapi juga menyebabkan kehilangan kualitas dalam penampilannya (dikarenakan layu dan pengkerutan), kualitas penampilan (lunak, mudah patah) dan kualitas nutrisi.
Laju transpirasi dipengaruhi oleh faktor dalam atau faktor komoditi (sifat morfologi dan anatomi) dan faktor luar (suhu, kelembaban relatif, tekanan atmosfir dan kecepatan gerakan udara). Terkait dengan faktor-faktor tersebut dan bahwa transpirasi adalah proses fisika yang dapat dikendalikan maka pengurangan atau penekanan proses transpirasi pada komoditi panenan dapat pula dilakukan. Upaya-upaya tersebut meliputi pembungkusan atau penyelaputan, pengemasan  ataupun manipulasi lingkungan yang tidak menguntungkan menjadi lingkungan yang nyaman bagi komoditi selama dalam penyimpanan.


Modified atmosphere packaging (MAP)
Salah satu cara untuk menekan laju respirasi adalah dengan pengemasan dalam film plastic yang dapat memodifikasi atmosfer di sekitar produk (pengemasan atmosfer termodifikasi atau modified atmosphere packaging atau MAP). MAP umumnya menghalangi pergerakan udara, memungkinkan proses respirasi normal produk mengurangi kadar oksigen dan meningkatkan kadar karbon dioksida udara di dalam kemasan. Keuntungan utama tambahan penggunaan film plastik adalah mengurangi kehilangan air.
Penyimpanan produk segar hortikultura dengan sistem MAP dilakukan dalam bentuk kemasan menggunakan plastik film yang mempunyai nilai premeanilitas terhadap O2 dan CO2 tertentu tanpa melakukan monitoring terhadap komposisi gas selama penyimpanan. (Hasbullah, 2008).
Pelaksanaan teknologi Map lebih banyak diterapkan karean tidak membutuhkan gas generator untuk mengatur atmosfer  penyimpanan, sehingga lebih ekonomis. Penggunaan teknologi MAP ditujukan untuk menjaga atmosfer dalam kemasan tetap kemasan tetap terjaga. Teknologi penyimpanan ini memerlukan kesesuaian antara bahan kemasan dan produk yang dikemas (Rosalina,2011).
 
Modified Atmosphere Packaging (MAP) digunakan untuk meningkatkan umur simpan produk segar. Industri pangan membutuhkan teknologi pengawetan yang mengurangi terjadinya resiko perubahan sifat kimia dan fisik bahan pangan, seperti MAP. Namun, memperpanjang umur simpan dapat memacu meningkatnya resiko mikrobiologi seperti terpacunya pertumbuhan pathogen yang toleran terhadap suhu rendah.

                Modifikasi atmosfer dan secara aktif ditimbulkan dengan membuat sedikit vakum dalam kemasan tertutup (seperti kantong polietilen yang tidak berventilasi),dan kemudian memasukkan campuran komposisi atmosfer yang diinginkan yang sudah jadi dari luar.
 Secara umum, penurunan konsentrasi oksigen dan peningkatan konsentrasi karbon dioksida akan bermanfaat terhadap kebanyakan komoditi. Pemilihan film polimerik terbaik untuk setiap komoditi/kombinasi ukuran kemasan tergantung pada permeabilitas film dan laju respirasi pada kondisi waktu/suhu yang dinginkan selama penanganan.
Komposisi gas di dalam kemasan MAP ditentukan dari komposisi gas awal yang terdapat di dalam kemasan ,laju respirasi produk (laju konsumsi O2 dan laju produksi CO2),nilai permeabilitas plastik film kemasan dan suhu penyimpanan (Hasbullah, 2008).
MAP dapat digunakan dalam kontainer pengapalan dan dalam unit-unit kemasan konsumen. Modifikasi atmosfer dan secara aktif ditimbulkan dengan membuat sedikit vakum dalam kemasan tertutup. (seperti kantong polietilen yang tidak berventilasi), dan kemudian memasukkan campuran komposisi atmosfer yang diinginkan yang sudah jadi dari luar. Secara umum, penurunan konsentrasi oksigen dan peningkatan konsentrasi karbon dioksida akan bermanfaat terhadap kebanyakan komoditi. Campuran gas yang direkomendasi untuk penyimpanan dan transportasi atmosfer terkendali dan atmosfer termodifikasi bagi berbagai komoditi, pemilihan film polimerik terbaik untuk setiap komoditi/kombinasi ukuran kemasan tergantung pada permeabilitas film dan laju respirasi pada kondisi waktu/suhu yang dinginkan selama penanganan. Penyerap oksigen, karbon dioksida dan/atau etilen dapat digunakan dalam kemasan atau kontainer untuk membantu menjaga komposisi atmosfer yang diinginkan. Pengemasan dengan atmosfer termodifikasi hendaknya selalu dipandang sebagai tambahan untuk pengelolaan suhu dan kelembaban nisbi yang baik. Perbedaan antara manfaat dan kerugian konsentrasi dari oksigen dan karbondioksida untuk setiap jenis produk adalah relatif kecil, sehingga tindakan sangat hati-hati harus dilakukan jika menggunakan teknologi ini.

Jumat, 08 November 2013

Teknologi Pasca Panen Bunga Krisan




I.Pendahuluan

Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai kekayaan hayati  yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian dibidang pertanian. Sektor pertanian memiliki peranan yang penting bagi perekonomian Indonesia. Sektor pertanian terdiri dari sub sektor tanaman pangan yang meliputi padi, palawija dan hortikultura. Hortikultura merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang dapat dijadikan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa yang akan datang. Perkembangan produksi tanaman hias di Indonesia terus mengalami peningkatan. Kondisi ini menggambarkan bahwa saat ini masyarakat Indonesia telah mengetahui manfaat tanaman hias.
Indonesia dengan dengan iklim tropis memiliki kekayaan alam yang sangat tidak ternilai harganya dan merupakan tempat yang banyak sesuai untuk ditanami berbagai macam tanaman, salah satunya adalah bunga potong. Setiap jenis tanaman berbunga, baik berbunga besar, kecil, berbentuk anaeh maupun tidak aneh, berwarna cerah maupun sayu, semuanya dapat dipotong oleh siapa saja yang tertarik dengan keindahanya. Ragam jenis bunga dapat memberi kebahagiaan lahir dan batin, penenang pikiran, serta pembuat kesibukan bagi pemiliknya. Masyarakat Indonesia saat ini sudah cukur banyak menggunakan bunga untuk mengungkapkan perasaannya. Bunga juga dipakai untuk menyatakan rasa turut gembira, sedih, dan berduka cita. Bahkan untuk masyarakat kelas menengah keatas, bunga dapat dijadikan simbol status sosial seseorang (Harry,1994).
Bunga krisan (Chrysanthymum morifolium) sebagai bunga potong sangat disenangi konsumen di Indonesia, karena keindahannya dan termasuk salah satu komoditi utama tanaman hias disamping mawar, anggrek dan gladiol, keragaman bentuk, warna dan mudah dirangkai serta memiliki kesegaran bunga cukup lama, bisa bertahan sampai 3 minggu. Diantara tanaman hias yang telah memiliki nilai komersial yaitu bunga mawar dan krisan, sehingga dikategorikan sebagai komoditas unggulan.
Tanaman Krisan (crhysantemum) merupakan tanaman yang mempunyai potensi untuk dikembangkan dalam skala komersial terutama sebagai tanaman hias dalam pot maupun bunga potong.Tanaman Krisanthemum yang tertua adalah Tanaman Krisanthemum Cina yang bentuknya mirip dengan bunga daisy di Cina juga. Tanaman Krisanthemum Cina tersebut telah dikultivasikan sekitar 2,500 tahun sebelum diperkenalkan ke Eropa dan sekarang bunga seruni ini telah banyak ditanam di negara Barat dan Eropa bahkan Tanaman Krisan ini diangkat menjadi bunga nasional negara Jepang. Tanaman Krisan masih tergolong ke dalam famili yang sama dengan bunga aster dan daisy, yaitu famili Asteraceae.

II.Klasifikasi Dan Karakteristik

Nama umum
Indonesia      : Bunga krisan, seruni
Pilipina          : Manzanilla
Cina               : ye ju hua
Klasifikasi
Kingdom        : Plantae
Divisi             : Spermatophyta
Subdivisi       : Angiospermae
Klas               : Dicotiledonae
Ordo             : Asterales
Famili            : Asteraceae
Genus           : Crhysantemum
Spesies        : Crhysantemum morifolium Ramat, Crhysantemum indicium, Crhysantemum   roseum, Crhysantemum maximum, Crhysantemum coccineum, dan lain-lain.
Karakteristik
1.     Batang,
Batang tanaman krisan tumbuk tegak, berstruktur lunak dan berwarna hijau. Bila dibiarkan tumbuh terus, batang menjadi keras (berkayu) dan berwarna hijau kecokelat-cokelatan.
2.    Akar
Perakaran tanaman krisan dapat menyebar kesemua arah pada kedalaman 30 cm – 40 cm. akarnya mudah mengalami kerusakan akibat pengaruh lingkungan yang kurang baik, hal tersebut dikarenakan akar tanaman krisan berjenis serabut (Hasim dan Reza, 1995).
3.    Bunga
Bunga krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai (tandan) berukuran pendek sampai panjang. Bunga krisan digolongkan dalam dua jenis yaitu jenis spray dan standar. Krisan jenis spray dalam satu tangkai bunga terdapat 10 sampai 20 kumtum bunga berukuran kecil. Sedangkan jenis standar pada satu tangkai bunga hanya terdapat satu kuntum bunga berukuran besar. Selain itu kalangan floriskulturis juga membedakan bentuk bunga krisan dalam lima macam (golongan), yaitu bentuk tunggal, anemone, pompon, dekoratif dan bunga besar. Ciri-ciri kelima bentuk bunga krisan tersebut adalah:
·         Tunggal
Karakteristik bunga tunggal adalah pada tiap tangkai terdapat 1 kumtum bunga, piringan dasar bunga sempit, dan susunan mahkota bunga hanya satu lapis.
·         Anemone
Bentuk bunga anemone mirip dengan bunga tunggal, tetapi piringan dasar bunganya lebar dan tebal.
·         Pompon
Bentuk bunga bulat seperti bola, mahkota bunga menyebar kesemua arah, dan piringan dasar bunganya tidak tampak.
·         Dekoratif
Bunga berbentuk bulat seperti pompon, tetapi mahkota bunganya bertumpuk rapat, ditengah pendek dan bagian tepi memanjang.
·         Bunga besar
Karakteristiknya adalah pada tiap tangkai terdapat satu kuntum bunga, berukuran besar dengan diameter lebih dari 10 cm. piringan dasar tidak tampak, mahkota bunganya memiliki banyak variasi, antara lain melekuk ke dalam atau ke luar, pipih, panjang, bentuk sendok dan lain-lain.
4.    Daun
Daun pada tanaman krisan merupakan ciri khas dari tanaman ini. Bentuk daun tanaman krisan yaitu bagian tepi bercelah atau bergerigi, tersusun berselang-seling pada cabang atau batang.
5.    Buah dan biji
Buah yang dihasilkan dari proses penyerbukan berisi banyak biji. Biji digunakan untuk bahan perbanyakan tanaman secara generatif. Biji krisan berukuran kecil dan berwarna cokelat sampai hitam.

III.Produksi dan Panen
Budidaya bunga krisan diawali dengan benih sebar. Introduksi teknologi perbenihan telah diawali sejak tahun 2006. Sebagai salah satu alternative dalam usaha pengadaan benih krisan secara konvensional melalui perbanyakan vegetative dengan cara memisahkan anakan atau dengan system stek pucuk (cutting system). Dengan system ini benih yang dihasilkan genotipenya telah diketahui dan dapat dibuat pada waktu yang singkat. Keberhasilan perbanyakan vegetative dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu: 1) tanaman induk; 2) umur stek (stek hasil cabutan atau kebun pangkas yang muda/juveni yaitu bagian pucuk); 3) media; 4) drainase media; 5) intensitas cahaya; 6) teknik pengguntingan pucuk; 7) jenis dan konsentrasi hormon perbanyakan pertumbuhan yang digunakan.
Inovasi Teknologi
a. Persiapan
1. Pembuatan rumah plastik, terbuat dari bambu, kayu. Atap berupa plastik UV atau bahan lain yang transparan, dinding rumah berupa screen atau paranet. Rumah plastik dilengkapi dengan bak atau drum penampung air untuk pengairan dan pemeliharaan tanaman, rangkaian listrik untuk pemberian cahaya tambahan.
2. Lahan pertanaman
Tanah dalam rumah lindung diolah sedalam 30 cm, kemudian diberokan selama 2 minggu dan dibiarkan mongering, diusahakan agar tidak terkena air/terbasahi Tanah diolah kembali dengan membuat bedengan setinggi 25-30 cm dengan lebar 1 m memanjang searah dengan rumah lindung dengan jarak antar bedengan 50 cm.Pada saat membuat bedengan diberikan POM 30 ton/ha, Urea 200 kg/ha, KCl 350 kg/ha, SP36 300 kg/ha dan dicampur dengan diaduk sampai rata.Diberi kapur dolomite 3-4,5 ton/ha apabila pH tanah rendah (masam).
3. Benih, varietas Sakuntala, Puspita Nusantara, Dewi Ratih, Nyi Ageng Serang, Cut Nyak Dien dan Pitaloka. Benih dipilih dari indukan yang produktif dan sehat. Stek dipilih yang berakar sehat, perakaran lebat, vigor dan daun telah mempunyai daun minimal 3-4 helai. Benih stek telah melalui proses penangkaran minimal 15 hari.
4. Instalasi listrik untuk Pemberian Cahaya Tambahan
Pemberian tambahan cahaya dengan menggunakan lampu pijar 75-100 watt atau TL 40 watt pada setiap titik, diatur dengan menggunakan timer. Titik lampu berjarak 2 x 2 m2dan tinggi lampu sekitar dan tinggi lampu sekitar 1,5-2 m di atas permukaan bedengan.
b. Pemeliharaan Tanaman Induk
1. Penanaman
Penanaman dilakukan 7 hari setelah pemupukan dasar, sehari sebelum tanam dibasahi dengan air dan dibuat lobang tanam dengan menggunakan penugal sedalam 3-5 cm, tanaman induk krisan sekitar 25 tanaman/m2 (jarak tanamn 20 x 20 cm). Penanaman dilakukan pagi atau sore hari. Pemberian tambahan cahaya malam hari saat penanaman.
2. Pemupukan
Pupuk dasar diberikan sebelum tanam, pemupukan susulan pada umur tanaman 2 minggu, dengan campuran SP 36, KCl dan Urea (1:1:1) atau NPK dengan dosis 300 g/m2. Pupuk cair dapat diberikan 2 kali seminggu sampai tanaman tidak lagi produktif. Pemupukan susulan ke dua dan selanjutnya diberikan sebanayk selang waktu 2 minggu pada dosis yang sama.
3. Perawatan
Pemeliharaan rutin tiap 2 kali seminggu dengan penyemprotan fungisida berbahan aktif propineb, Mankozeb, Karbendazin atau Metalaksil serta insektisida berbahan aktif Lamda sihalotrin, Triazofos, Rotenon atau Profenofos.
4. Penyiraman
Dilakukan rutin minimal 2-3 hari, menggunakan gembor dan diuasahakan tidak mengotori daun.
5. Penyinaran tambahan
Penyinaran tambahan dilakukan selama 4 jam per malam, antara jam 22.00 hingga jam 02.00 dini hari atau 23.00 hingga 03.00 wib.Penyinaran dengan metode siklik yaitu 20 menit menyala diikuti 15 menit mati.
6. Penyiangan dilakukan sesering mungkin pada saat tanaman masih muda dan bila tajuk tanaman sudah lebat penyiangan dilakukan 3 minggu sekali.
Produksi Benih Krisan
1. Penyetekan
Dilakukan pada tanamana muda yang telah memiliki 7 helai daun (15 hst), penyetekan dengan menggunakan pisau atau gunting stek yang tajam dan steril. Tunas dipotong dengan criteria 4-5 daun sempurna dan mneyisakan 2-3 daun pada batang/ranting bekas setekan (2-3 ruas). Pisau atau gunting stek setiap melakukan pemotongan sebaiknya dicelupkan ke dalam alcohol 70%. Tunas-tunas stek segera ditempatkan di tempat yang sejuk dan lembab. Selang waktu panen stek sekitar 2-3 minggu sekali bila tunas akselir yang tumbuh telah memiliki 5-7 daun.naman sudah lebat penyiangan dilakukan 3 minggu sekali.
2. Penangkaran Stek
• Sarana dan prasarana ruang penangkaran
Dilakukan dalam ruang khusus, ruang berupa rumah plastic, beraerasi baik dan tidak terkena percikan hujan, intensitas cahaya dalam ruang penangkar 40%, bak penangkaran berupa kotak kayu atau plastic dengan tinggi + 80 cm, media penangkaran berupa arang sekamyang dihamparkan di dalam bak sampai penuh dengan ketebalan + 5 cm.
• Proses penangkaran dan pemeliharaan stek
Stek hasil panen dirompes hingga tersisa 3-4 daun sempurna, ujung pangkal batang stek dipotong sedikit dan ujung pangkal batang kemudian dicelupkan pada pasta ZPT (Rootone F atau Rizootone), stek ditanam pada media penangkaran dengan kedalaman 1-1,5 cm dengan jarak penanaman 2x2 cm kemudian ditutup dengan kertas merang atau Koran selama 48 jam. Media penangkaran diusahakan tetap basah, dilakukan penyiraman 2-3 hari sekali hingga stek siap tanam. Pengendalian HPT dilakukan 2 kali per minggu menggunakan fungisida dan insektisida. Penangkaran berlangsung kurang lebih 14-21 hari.
3. Sortasi Stek
Setelah ditangkarkan selama 14-21 hari, stek-stek kemudian disortasi kelayakannya sebelum ditanam atau dikirim ke tempat lain. Sortasi dilakukan agar perakaran lebat dan sehat, tidak ada gejala terinduksi pembungaan awal (pentulan), tidak ada gejala klorosis, tidak kerdil dan berbatang kuat, tidak terdapat serangan hama dan penyakit.
Panen bunga krisan
Tanaman krisan berbunga 3 bulan – 4 bulan setelah pindah tanam, tergantung pada varietas atau kultivar tanaman krisan tersebut. Pada krisan jenis standar penentuan stadium panen yang tepat adalah ketika bunga telah ½ mekar atau 3 hari – 4 hari sebelum mekar penuh. Untuk krisan jenis spray dapat dipanen dila 75% - 80% dari seluruh kuntum bunga dalam satu tangkai telah mekar penuh (Rukmana dan Mulyana, 1997).
Keadaan bunga siap panen adalah bunga telah mencapai ukuran penuh, intensitas warna hampir mencapai puncaknya, mahkota bunga terbuka 450 terhadap garis vertikal dan mata bunganya masih merapat (Hasim dan Resa, 1995). Sarwono (1992) melaporkan bahwa pemanenan sebaiknya dilakukan sewaktu bunga mengandung banyak air yaitu sekitar pukul 06.00-08.00. Walupun demikian pemanenan dapat juga dilakukan pada pukul 16.00-17.00. Karena pada jam tersebut penghisapan air yang dilakukan oleh tanaman berlangsung lebih banyak dari pada penguapanya. Jika pemanenan dilakukan pada siang hari, dikhawatirkan tanaman sudah mulai melakukan metabolisme secara aktif sehingga daya tahan bunga terhadap kelayuan menjadi rendah.
Waktu panen yang paling baik adalah pada pagi hari, dimana pada suhu udara tidak terlalu tinggi dan saat tekanan turgor optimum. Cara panen bunga krisan yaitu dengan menentukan tanaman siap panen, kemudian dipotong pada tangkai bunga menggunakan gunting steril sepanjang 60 cm – 80 cm dengan menyisakan tunggal batang setinggi 20cm-30cm dari permukaan tanah. Perkiraan hasil bunga krisan pada jarak 10 cm x 10 cm seluas 1 ha yaitu 800.000 tanaman (BAPPENAS, 2008).


                           IV.Teknologi Pascapanen 
Krisan adalam bunga prospektif untuk dikembangkan di Indonesia, karena variasi tipe dan warna yang sangat banyak, dan nilai ekonomis yang baik sehingga banyak diminati masyarakat. Permintaan krisan domestik cukup tinggi di hari-hari besar keagamaan, hari valentine, hari ibu, dan hari-hari besar nasional lainnya.
Krisan sebagai bunga potong yang baik bila : 1) Berwarna indah, mulus, bersih, tidak bernoda; 2) Bunga dapat bertahan lama setelah dipotong; 3) Tangkai bunga cukup panjang dan kuat; 4) Bunga tidak mudah rusak dalam pengepakan; 5) Daun berwarna hijau dan segar; dan 6) Bebas Organisme Pengganggu Tumbuhan.
Untuk mengurangi kehilangan hasil yang disebabkan karena layu, patah batang atau tangkai bunga, serta lepasnya kelopak bunga, maka diperlukan perhatian khusus pada penanganan pascapanennya agar produk yang dihasilkan mempunyai shelf-life (umur simpan) dan vase-life (umur kesegaran) yang cukup panjang.
Penanganan pascapanen merupakan suatu kegiatan perlakuan terhadap bunga setelah panen sampai bunga itu diterima oleh konsumen. Penanganan pasca panen pada krisan dilakukan untuk : 1) Memperkecil respirasi, 2) Memperkecil transpirasi, 3) Mencegah infeksi atau luka, 4) Menjaga performance, 5) Meningkatkan daya saing.
Penanganan pascapanen yang baik dan benar pada krisan sebagai upaya menuju Standar Nasional Indonesia (SNI), sehingga mampu bersaing di pasar domestik maupun internasional.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penanganan Pasca Panen Bunga Krisan :
1. Kematangan Bunga (Flower Maturity)
2. Persediaan bahan makanan
3. Temperatur
4. Persediaan air dan kualitas air
5. Ethylene
6. Kerusakan mekanis
7. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Tahapan Penanganan Pascapanen Bunga Potong Krisan

1.   Pemanenan
Waktu panen yang paling baik adalah pagi hari (06.00-08.00) atau sore hari. Akan tetapi bunga yang telah dipotong sebaiknya direndam di dalam larutan gula (glukosa), agar bunga tidak cepat layu.

2.  Pengumpulan Bunga yang Telah Dipotong
Bunga Krisan yang telah dipotong langsung dikumpulkan di dalam wadah (tempat bunga), segera disimpan di tempat yang teduh dan aman, terhindar dari percikan air atau kotoran lainnya, sehingga bunga terjaga dari kerusakan yang dapat menurunkan kualitas bunga krisan.

3.  Pengangkutan ke Tempat Sortasi
Setelah selesai dikumpulkan, bunga krisan diangkut ke tempat sortasi untuk diseleksi. Di tempat sortasi, sebaiknya pangkal tangkai bunga direndam dulu di dalam bak berisi air bersih agar bunga tidak cepat layu.

4.  Seleksi Kualitas
Bunga krisan hasil panen diletakkan di atas meja, dipisahkan menurut jenis dan warna bunga. Bunga diperiksa satu persatu untuk melihat tingkat kemekaran bunga, panjang-pendek, lurus-bengkok, besar-kecil, dan tegar-lemas (vigor), serta kebersihan daun.

5.  Pengelompokan (Gradding) dan Pengikatan Bunga (Bunching)
Krisan yang telah diseleksi dilakukan pengikatan (grading) kemudian diikat dengan menggunakan tali atau karet dalam jumlah tertentu.
Dalam menentukan grade, hal yang diperhatikan adalah sebagai berikut:
·         Panjang tangkai
·         Diameter batang bunga
·         Diameter bunga saat dipanen
·         Kemekaran bunga saat dipanen
·         Jumlah bunga mekar dalam batang
·         Kesegaran bunga
·         Keadaan tangkai bunga
·         Keseragaman kultivar
·         Keadaan daun 1/3 bagian
·         Keadaan daun 2/3 bagian
·         Hama dan penyakit
·         Kelenturan
·         Jumlah dalam kemasan
·         Bentuk rangkaian dalam kemasan
·         Pembungkus
·         Pengikat
·         Perlakuan pasca panen
Pada waktu pemanenan bunga sebaiknya dilakukan juga seleksi bunga berdasarkan kualitasnya (grade I dan II). Bunga yang tidak termasuk grade I dan II, sebaiknya tidak dipanen dan dibuang pada saat pembongkaran tanaman. Kriteria untuk grade I dan II adalah sebagai berikut, (Soekarwati, 1999):
1. Grade I
Bunga mekar (tidak terlalu mekar atau terlalu kuncup), segar, tidak bergerombot, tidak terserang hama penyakit seperti apid, thrips dan sebagainya, pada pinggir bunga tidak ada busuk kehitaman; batang besar (sesuai dengan jenisnya), tegar, lurus dan panjang minimal 75 cm; daun hijau segar, tidak kering dan tidak terserang hama penyakit, seperti leaf miner, white rust, dan sebagainya; Bentuk bunga normal dan tidak ada kelainan-kelainan yang menyimpang dari bentuk atau warna aslinya.
2. Grade II
Bunga mekar, segar, boleh bergerombol tetapi tidak terserang hama penyakit; batang boleh agak kecil tetapi harus lurus dengan panjang minimal 50 cm; kriteria lain sama dengan kriteria grade I dengan sedikit toleransi, misalnya jika daun terserang hama penyakit tetapi tidak terlalu parah masih dapat dimasukkan dalam grade II.  Pada saat panen, bunga langsung dilakukan pengikatan di lapangan. Bunga yang diikat adalah yang sejenis dan sama gradenya. Jumlah tangkai bunga per ikat disesuaikan dengan besarnya diameter bunga, yaitu minimal berdiameter 20 cm bila dibungkus dan jumlah tangkainya minimal 10 tangkai bunga. Bunga yang sudah diikat, disimpan dalam wadah yang berisi air. Setelah 10 ikat, ikatan tersebut sebaiknya cepat dibawa ke bagian sortasi dan dibungkus dengan kertas pembungkus. Produktifitas krisan cukup baik jika diperoleh 5 bungkus setiap 1 m2 atau 50 tangkai bunga per m2.
Untuk mengetahui kualitas bunga, dilakukan uji coba vase life bunga krisan potong dengan kriteria yang diamati pada bunga-bunga setelah panen adalah:
1.   Tingkat pecahnya benang sari:
0 = Belum pecah
1 = Pecah 0 - 25 % dari lingkar bunga
2 = Pecah 25 - 50 % dari lingkar bunga
3 = Pecah 50 - 70 % dari lingkar bunga
4 = Pecah > 75 % dari lingkar bunga
2.  Tingkat perubahan warna bunga:
    0 = Sesuai deskripsi varietas
    1 = Pudar 0 - 25 % dari warna asli
    2 = Pudar 25 - 50 % dari warna asli
    3 = Pudar 50 - 70 % dari warna asli
    4 = Pudar > 75 % dari warna asli
3.  Kondisi bunga:
    0 = Segar
    1 = Layu
    2 = Kering 0 - 25 %
    3 = Kering 25 - 50 %
    4 = Kering 50 - 75 %
    5 = Kering > 75 %
4.  Tingkat perubahan warna daun:
    0 = Hijau
    1 = Menguning 0 - 25 %
    2 = Menguning 25 - 50 %
    3 = Menguning 50 - 75 %
    4 = Menguning > 75 %                  

5. Kondisi daun:
0 = Segar
1 = Layu
2 = Kering 0 - 25 %
3 = Kering 25 - 50 %
4 = Kering 50 - 75 %
5 = Kering > 75 %

6.  Pembungkusan
Setelah diikat bunga kemudian dibungkus dengan kertas atau plastik pembungkus, hal ini bertujuan untuk menjaga agar bunga terhindar dari kerusakan sehingga kualitas bunga tetap terjaga.

7.  Perendaman dengan Larutan Pengawet
Zat pengawet digunakan pada empat macam tahapan yaitu: conditioning, pulsing, holding,dan pembukaan kuncup.
·      Conditioning : perlakuan pemberian air pada bunga yang layu dengan pendinginan, menggunakan air deionized yang mengandung larutan pembasmi kuman. Agen pembasah (0.01–0.1%) dapat ditambahkan, dan air harus diasamkan dengan asam sitrat, hydroxyquinoline citrate (HQC), atau almunium sulfat pada pH mendekati 3.5.
·      Pulsing : perlakuan perendaman dalam larutan yang mengandung nutrisi (glukosa atau sukrosa) atau anti oksidan.
·      Holding solution : larutan yang digunakan untuk keragaan bunga.
·      Pada umumnya bahan penyusun larutan pengawet adalah sumber energi, bahan penurun pH, senyawa anti etilen dan zat sebagai pengatur tumbuh. Sumber energi yang digunakan umumnya adalah sukrosa, glukosa atau fruktosa.

8.  Penyimpanan
Penyimpanan sementara dilakukan untuk penyimpanan bunga dalam jangka waktu pendek (kurang dari 1 hari) yaitu di suhu ruang dengan merendam pangkal tangkainya di dalam bak berisi air bersih. Penyimpanan untuk persediaan (stok) dilakukan untuk jangka waktu yang agak lama bunga harus disimpan di dalam ruang penyimpanan berpendingin (cold storage) dengan temperatur sekitar 50C dan kelembaban udara yang tinggi, sekitar 90%.

9.    Pengepakan
Untuk pengiriman ke tempat penjualan, bunga krisan harus dikemas dalam karton atau kontainer plastik yang berukuran sesuai dengan panjang maksimal bunga, sehingga bunga bisa diatur rapi dan tetap terjaga kualitasnya. Dalam satu karton berukuran 100 x 40 x 40 cm dapat diisi dengan 25 bungkus krisan @ 10 tangkai. Pada karton berukuran 88 x 40 x 40 cm diisi 30-35 bungkus @ 10 tangkai. Pada bidang yang berukuran 40 x 40 cm diberi lubang-lubang sebagai tempat pegangan tangan dan juga untuk ventilasi udara. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan adalah penentuan alat angkutan yang cocok dengan jarak tempuh ke tempat pemasaran. Untuk tujuan pemasaran dengan jarak tempuh yang jauh dapat dipilih alat angkut yang dilengkapi fasilitas pendingin yang bersuhu 70C - 80C dan kelembaban 60% - 70%. Kemasan berisi bunga krisan kemudian disusun secara teratur, rapi dan tidak longgar, dalam bak atau box alat angkut.

10.   Fumigasi
Fumigasi dilakukan pada krisan tujuan ekspor (bila dipersyaratkan). Fumigasi harus dilakukan secara tepat karena akan mengganggu vase life

11.  Pengiriman
Pengiriman bunga krisan dengan mobil boks yang sebaiknya dilengkapi dengan pengatur suhu. Selama perjalanan, temperatur di dalam box mobil diusahakan rendah dan stabil pada temperatur sekitar 120C, sehingga kesegaran bunga tetap terjaga dan bunga diterima konsumen dalam keadaan baik.


12.          Penanganan Eceran

Setelah bunga tiba, bunga dipotong pada pangkal batang ± 2 cm dan kemudian bunga ditempatkan segera di ruang berpendingin. Jika bunga bersisa di toko beberapa hari, bunga tersebut diletakkan pada ember yang bersih atau vas berisi bahan pengawet.

Teh Bunga Krisan

Teh ini sangat populer di negara Tirai Bambu China, teh krisan terbuat dari bunga kering yang dipanen lalu disimpan dalam stoples kaca. Teh ini dibuat dengan menaruh bunga-bunga ini di dalam teko yang berisi air mendidih, Karena pada umumnya di negara China secara terus-menerus mengisi ulang teko teh setelah dikonsumsi, warna teh tersebut adalah berwarna kuning tua. Teh  bunga krisan yang sudah dingin atau diklasifikasikan sebagai ramuan yang dingin, itu adalah lebih baik untuk kesehatan tubuh, salah satunya adalah dapat membantu dalam pemulihan timbulnya jerawat. Di Asia Timur teh herbal bunga krisan ini dikenal juga sebagai obat herba yang sangat bagus manfaat dan khasiatnya untuk kesehatan.

Manfaat Teh Bunga Krisan Untuk Kesehatan
o      Dalam pengobatan herbal ala orang barat, teh bunga krisan diminum dan digunakan sebagai kompres untuk mengobati gangguan peredaran darah seperti varises.
o      Di antara banyak manfaat bagi kesehatan, teh bunga krisan dapat membantu pencernaan ketika teh diambil bersama dan bercampur dengan makanan.
o      Sifat-sifat penyembuhan dari teh bunga krisan juga dapat membantu dalam pencernakan, pusing kepala, migrain dan sakit kepala.
o      Seiring dengan itu dengan minum teh bunga krisan juga dapat membantu mengurangi sesak nafas dan juga dapat memperkuat paru-paru anda.
o      Dalam teh bunga krisan juga terdapat kandungan antivirus dan antispirochete (bakteri yang ditemukan pada penyakit seperti sifilis dan penyakit Lyme) yaitu kualitas yang dapat membantu dalam menyembuhkan tekanan darah, penyakit jantung koroner, kolesterol tinggi, kolik jantung dan arteriosklerosis.
o      Berdasarkan penyelidikan dari ahli kedehatan juga bahwa teh bunga krisan dapat membantu dalam mengurangi peradangan hati secara bertahap.
o      Selanjutnya, efek pendinginan dari teh bunga krisan ini juga dapat mengobati panas akibat cuaca yang panas seperti demam, flu dan sakit tenggorokan.
o      Selain itu dengan minum teh bunga krisan dapat memperbaiki penglihatan yang kabur dan juga dapat mengurangi kemerahan, kekeringan dan gatal pada mata bila dikonsumsi/diamalkan secara langsung  dan rutin. Penggunaan reguler teh herbal ini juga dipercaya bisa menjadikan tubuh energik, visi yang lebih baik, pendengaran yang lebih baik, bagus untuk fungsi otak dan menjadikan umur panjang.

V. Penyimpanan dan Modifikasi Atmosfer

Produk pertanian baik buah maupun sayur merupakan jenis produk yang cepat rusak, baik kerusakan fisik, tekstur maupun kandungan kimia. Pada dasarnya kerusakan kwalitas buah dikarenakan oleh berbagai macam faktor seperti terjadinya luka, gangguan patogen, respisari, transpirasi dan faktor-faktor lainnya. Akibatnya produk tersebut mengalami penurunan kandungan gizi, perubahan warna serta komponen lain yang dapat berakibat pada menurunnya nilai jual maupun daya tarik produk pertanian tersebut. Sehingga untuk menjaga kwalitas hasil pertanian agar tetap baik dan menarik diperlukan suatu metode penanganan pasca panen yang optimal untuk mengurangi atau menghambat laju respirasi maupun faktor-faktor yang dapat menurunkan kwalitas buah tersebut.
   Selain penurunan kwalitas produk pertanian juaga tergolong produk yang tidak bisa bertahan lama sehingga proses pendistribusian dan pemakaian harus cepat. Produk pertanian tidak tahan lama atau cepat rusak dikarenakan produk pertanian merupakan produk yang melakukan aktifitas kimia seperti transpirasi dan repirasi.
Salah satu metode untuk mengurangi laju respirasi dan transpirasi untuk menunda proses pematangan buah dan sayur agar tidak cepat rusak antar lain yaitu dengan cara modifikasi atmosfer melalui pengemasan. Penyimpanan dengan teknik atmosfer termodifikasi adalah penyimpanan produk hasil pertanian dengan lingkungan udara yang mempunyai komposisi gas berbeda dengan udara normal melalui penggunaan film plastik pengemas. Konsetrasi gas O2 dan CO2 di dalam kemasan berubah sehubungan dengan proses kegiatan pernafasan produk hasil pertanian yang dikemas. Kandungan oksigen yang rendah disekitar bunga akan menghambat proses respirasi dan menurunkan CO2 dilingkungan bunga akan menurunkan laju respirasi, proses oksidasi dan menurunkan pengaruh etilen, namun jumlah yang tinggi mungkin akan meracuni bunga itu sendiri (Soekartawi,1996)
Menurut Widjandi (1981), penyimpanan dengan atmosfer termodifikasi pada bunga potong dilakukan dengan membungkus bunga dengan plastik kedap air seperti polietilen atau pembungkus lain yang mempunyai permeabilitas tertentu terhadap O2 dan CO2 sehingga respirasi dapat dihambat.
Pengaturan komposisi udara selama penyimpanan atau pengangkutan akan memperlambat proses-proses metabolisme (peleg, 1985). Zagory dan Kader (1988), menyatakan bahwa komposisi udara yang optimal dalam penyimpanan dapat menurunkan laju respirasi tanpa menimbulkan kerusakan akibat metabolisme pada produk yang disimpan.
Manfaat yang dapat diperoleh dari penyimpanan dengan teknik modifikasi atmosfer adalah (1) konsentrasi O2 yang rendah dapat menurunkan laju respirasi dan oksidasi substrat sehingga umur komoditas akan lebih panjang, perombakan klorofil tertunda dan produksi etilen rendah, (2) kandungan CO2 dalam sel tinggi menyebabkan perubahan-perubahan fisiologis seperti penurunan reaksi-reaksi sintesis pematangan (misalnya zat warna), penghambatan sintesis klorofil, (3) adanya interaksi antara O2+ CO2 dan suhu rendah dapat mengurangi susut bobot (Pantastico, 1986).
Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas memungkinkan terjadinya kondisi atmosfer termodifikasi serta dapat melindungi dan mengawetkan produk yang disimpan disamping produk yang disimpan menjadi lebih menarik. Film kemasan memberikan lingkungan yang berbeda pada produk yang disimpan karena laju perembesan O2 kedalam kemasan dan CO2 keluar kemasan sebagai akibat proses respirasi berbeda-beda tergantung dari jenis dan sifat kemasan yang digunakan. Film plastik memberikan perlindungan pula terhapap kehilangan air pada produk sehingga sampai waktu yang lama produk akan tetap kelihatan segar.