Jumat, 08 November 2013

Teknologi Pasca Panen Bunga Krisan




I.Pendahuluan

Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai kekayaan hayati  yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian dibidang pertanian. Sektor pertanian memiliki peranan yang penting bagi perekonomian Indonesia. Sektor pertanian terdiri dari sub sektor tanaman pangan yang meliputi padi, palawija dan hortikultura. Hortikultura merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang dapat dijadikan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa yang akan datang. Perkembangan produksi tanaman hias di Indonesia terus mengalami peningkatan. Kondisi ini menggambarkan bahwa saat ini masyarakat Indonesia telah mengetahui manfaat tanaman hias.
Indonesia dengan dengan iklim tropis memiliki kekayaan alam yang sangat tidak ternilai harganya dan merupakan tempat yang banyak sesuai untuk ditanami berbagai macam tanaman, salah satunya adalah bunga potong. Setiap jenis tanaman berbunga, baik berbunga besar, kecil, berbentuk anaeh maupun tidak aneh, berwarna cerah maupun sayu, semuanya dapat dipotong oleh siapa saja yang tertarik dengan keindahanya. Ragam jenis bunga dapat memberi kebahagiaan lahir dan batin, penenang pikiran, serta pembuat kesibukan bagi pemiliknya. Masyarakat Indonesia saat ini sudah cukur banyak menggunakan bunga untuk mengungkapkan perasaannya. Bunga juga dipakai untuk menyatakan rasa turut gembira, sedih, dan berduka cita. Bahkan untuk masyarakat kelas menengah keatas, bunga dapat dijadikan simbol status sosial seseorang (Harry,1994).
Bunga krisan (Chrysanthymum morifolium) sebagai bunga potong sangat disenangi konsumen di Indonesia, karena keindahannya dan termasuk salah satu komoditi utama tanaman hias disamping mawar, anggrek dan gladiol, keragaman bentuk, warna dan mudah dirangkai serta memiliki kesegaran bunga cukup lama, bisa bertahan sampai 3 minggu. Diantara tanaman hias yang telah memiliki nilai komersial yaitu bunga mawar dan krisan, sehingga dikategorikan sebagai komoditas unggulan.
Tanaman Krisan (crhysantemum) merupakan tanaman yang mempunyai potensi untuk dikembangkan dalam skala komersial terutama sebagai tanaman hias dalam pot maupun bunga potong.Tanaman Krisanthemum yang tertua adalah Tanaman Krisanthemum Cina yang bentuknya mirip dengan bunga daisy di Cina juga. Tanaman Krisanthemum Cina tersebut telah dikultivasikan sekitar 2,500 tahun sebelum diperkenalkan ke Eropa dan sekarang bunga seruni ini telah banyak ditanam di negara Barat dan Eropa bahkan Tanaman Krisan ini diangkat menjadi bunga nasional negara Jepang. Tanaman Krisan masih tergolong ke dalam famili yang sama dengan bunga aster dan daisy, yaitu famili Asteraceae.

II.Klasifikasi Dan Karakteristik

Nama umum
Indonesia      : Bunga krisan, seruni
Pilipina          : Manzanilla
Cina               : ye ju hua
Klasifikasi
Kingdom        : Plantae
Divisi             : Spermatophyta
Subdivisi       : Angiospermae
Klas               : Dicotiledonae
Ordo             : Asterales
Famili            : Asteraceae
Genus           : Crhysantemum
Spesies        : Crhysantemum morifolium Ramat, Crhysantemum indicium, Crhysantemum   roseum, Crhysantemum maximum, Crhysantemum coccineum, dan lain-lain.
Karakteristik
1.     Batang,
Batang tanaman krisan tumbuk tegak, berstruktur lunak dan berwarna hijau. Bila dibiarkan tumbuh terus, batang menjadi keras (berkayu) dan berwarna hijau kecokelat-cokelatan.
2.    Akar
Perakaran tanaman krisan dapat menyebar kesemua arah pada kedalaman 30 cm – 40 cm. akarnya mudah mengalami kerusakan akibat pengaruh lingkungan yang kurang baik, hal tersebut dikarenakan akar tanaman krisan berjenis serabut (Hasim dan Reza, 1995).
3.    Bunga
Bunga krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai (tandan) berukuran pendek sampai panjang. Bunga krisan digolongkan dalam dua jenis yaitu jenis spray dan standar. Krisan jenis spray dalam satu tangkai bunga terdapat 10 sampai 20 kumtum bunga berukuran kecil. Sedangkan jenis standar pada satu tangkai bunga hanya terdapat satu kuntum bunga berukuran besar. Selain itu kalangan floriskulturis juga membedakan bentuk bunga krisan dalam lima macam (golongan), yaitu bentuk tunggal, anemone, pompon, dekoratif dan bunga besar. Ciri-ciri kelima bentuk bunga krisan tersebut adalah:
·         Tunggal
Karakteristik bunga tunggal adalah pada tiap tangkai terdapat 1 kumtum bunga, piringan dasar bunga sempit, dan susunan mahkota bunga hanya satu lapis.
·         Anemone
Bentuk bunga anemone mirip dengan bunga tunggal, tetapi piringan dasar bunganya lebar dan tebal.
·         Pompon
Bentuk bunga bulat seperti bola, mahkota bunga menyebar kesemua arah, dan piringan dasar bunganya tidak tampak.
·         Dekoratif
Bunga berbentuk bulat seperti pompon, tetapi mahkota bunganya bertumpuk rapat, ditengah pendek dan bagian tepi memanjang.
·         Bunga besar
Karakteristiknya adalah pada tiap tangkai terdapat satu kuntum bunga, berukuran besar dengan diameter lebih dari 10 cm. piringan dasar tidak tampak, mahkota bunganya memiliki banyak variasi, antara lain melekuk ke dalam atau ke luar, pipih, panjang, bentuk sendok dan lain-lain.
4.    Daun
Daun pada tanaman krisan merupakan ciri khas dari tanaman ini. Bentuk daun tanaman krisan yaitu bagian tepi bercelah atau bergerigi, tersusun berselang-seling pada cabang atau batang.
5.    Buah dan biji
Buah yang dihasilkan dari proses penyerbukan berisi banyak biji. Biji digunakan untuk bahan perbanyakan tanaman secara generatif. Biji krisan berukuran kecil dan berwarna cokelat sampai hitam.

III.Produksi dan Panen
Budidaya bunga krisan diawali dengan benih sebar. Introduksi teknologi perbenihan telah diawali sejak tahun 2006. Sebagai salah satu alternative dalam usaha pengadaan benih krisan secara konvensional melalui perbanyakan vegetative dengan cara memisahkan anakan atau dengan system stek pucuk (cutting system). Dengan system ini benih yang dihasilkan genotipenya telah diketahui dan dapat dibuat pada waktu yang singkat. Keberhasilan perbanyakan vegetative dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu: 1) tanaman induk; 2) umur stek (stek hasil cabutan atau kebun pangkas yang muda/juveni yaitu bagian pucuk); 3) media; 4) drainase media; 5) intensitas cahaya; 6) teknik pengguntingan pucuk; 7) jenis dan konsentrasi hormon perbanyakan pertumbuhan yang digunakan.
Inovasi Teknologi
a. Persiapan
1. Pembuatan rumah plastik, terbuat dari bambu, kayu. Atap berupa plastik UV atau bahan lain yang transparan, dinding rumah berupa screen atau paranet. Rumah plastik dilengkapi dengan bak atau drum penampung air untuk pengairan dan pemeliharaan tanaman, rangkaian listrik untuk pemberian cahaya tambahan.
2. Lahan pertanaman
Tanah dalam rumah lindung diolah sedalam 30 cm, kemudian diberokan selama 2 minggu dan dibiarkan mongering, diusahakan agar tidak terkena air/terbasahi Tanah diolah kembali dengan membuat bedengan setinggi 25-30 cm dengan lebar 1 m memanjang searah dengan rumah lindung dengan jarak antar bedengan 50 cm.Pada saat membuat bedengan diberikan POM 30 ton/ha, Urea 200 kg/ha, KCl 350 kg/ha, SP36 300 kg/ha dan dicampur dengan diaduk sampai rata.Diberi kapur dolomite 3-4,5 ton/ha apabila pH tanah rendah (masam).
3. Benih, varietas Sakuntala, Puspita Nusantara, Dewi Ratih, Nyi Ageng Serang, Cut Nyak Dien dan Pitaloka. Benih dipilih dari indukan yang produktif dan sehat. Stek dipilih yang berakar sehat, perakaran lebat, vigor dan daun telah mempunyai daun minimal 3-4 helai. Benih stek telah melalui proses penangkaran minimal 15 hari.
4. Instalasi listrik untuk Pemberian Cahaya Tambahan
Pemberian tambahan cahaya dengan menggunakan lampu pijar 75-100 watt atau TL 40 watt pada setiap titik, diatur dengan menggunakan timer. Titik lampu berjarak 2 x 2 m2dan tinggi lampu sekitar dan tinggi lampu sekitar 1,5-2 m di atas permukaan bedengan.
b. Pemeliharaan Tanaman Induk
1. Penanaman
Penanaman dilakukan 7 hari setelah pemupukan dasar, sehari sebelum tanam dibasahi dengan air dan dibuat lobang tanam dengan menggunakan penugal sedalam 3-5 cm, tanaman induk krisan sekitar 25 tanaman/m2 (jarak tanamn 20 x 20 cm). Penanaman dilakukan pagi atau sore hari. Pemberian tambahan cahaya malam hari saat penanaman.
2. Pemupukan
Pupuk dasar diberikan sebelum tanam, pemupukan susulan pada umur tanaman 2 minggu, dengan campuran SP 36, KCl dan Urea (1:1:1) atau NPK dengan dosis 300 g/m2. Pupuk cair dapat diberikan 2 kali seminggu sampai tanaman tidak lagi produktif. Pemupukan susulan ke dua dan selanjutnya diberikan sebanayk selang waktu 2 minggu pada dosis yang sama.
3. Perawatan
Pemeliharaan rutin tiap 2 kali seminggu dengan penyemprotan fungisida berbahan aktif propineb, Mankozeb, Karbendazin atau Metalaksil serta insektisida berbahan aktif Lamda sihalotrin, Triazofos, Rotenon atau Profenofos.
4. Penyiraman
Dilakukan rutin minimal 2-3 hari, menggunakan gembor dan diuasahakan tidak mengotori daun.
5. Penyinaran tambahan
Penyinaran tambahan dilakukan selama 4 jam per malam, antara jam 22.00 hingga jam 02.00 dini hari atau 23.00 hingga 03.00 wib.Penyinaran dengan metode siklik yaitu 20 menit menyala diikuti 15 menit mati.
6. Penyiangan dilakukan sesering mungkin pada saat tanaman masih muda dan bila tajuk tanaman sudah lebat penyiangan dilakukan 3 minggu sekali.
Produksi Benih Krisan
1. Penyetekan
Dilakukan pada tanamana muda yang telah memiliki 7 helai daun (15 hst), penyetekan dengan menggunakan pisau atau gunting stek yang tajam dan steril. Tunas dipotong dengan criteria 4-5 daun sempurna dan mneyisakan 2-3 daun pada batang/ranting bekas setekan (2-3 ruas). Pisau atau gunting stek setiap melakukan pemotongan sebaiknya dicelupkan ke dalam alcohol 70%. Tunas-tunas stek segera ditempatkan di tempat yang sejuk dan lembab. Selang waktu panen stek sekitar 2-3 minggu sekali bila tunas akselir yang tumbuh telah memiliki 5-7 daun.naman sudah lebat penyiangan dilakukan 3 minggu sekali.
2. Penangkaran Stek
• Sarana dan prasarana ruang penangkaran
Dilakukan dalam ruang khusus, ruang berupa rumah plastic, beraerasi baik dan tidak terkena percikan hujan, intensitas cahaya dalam ruang penangkar 40%, bak penangkaran berupa kotak kayu atau plastic dengan tinggi + 80 cm, media penangkaran berupa arang sekamyang dihamparkan di dalam bak sampai penuh dengan ketebalan + 5 cm.
• Proses penangkaran dan pemeliharaan stek
Stek hasil panen dirompes hingga tersisa 3-4 daun sempurna, ujung pangkal batang stek dipotong sedikit dan ujung pangkal batang kemudian dicelupkan pada pasta ZPT (Rootone F atau Rizootone), stek ditanam pada media penangkaran dengan kedalaman 1-1,5 cm dengan jarak penanaman 2x2 cm kemudian ditutup dengan kertas merang atau Koran selama 48 jam. Media penangkaran diusahakan tetap basah, dilakukan penyiraman 2-3 hari sekali hingga stek siap tanam. Pengendalian HPT dilakukan 2 kali per minggu menggunakan fungisida dan insektisida. Penangkaran berlangsung kurang lebih 14-21 hari.
3. Sortasi Stek
Setelah ditangkarkan selama 14-21 hari, stek-stek kemudian disortasi kelayakannya sebelum ditanam atau dikirim ke tempat lain. Sortasi dilakukan agar perakaran lebat dan sehat, tidak ada gejala terinduksi pembungaan awal (pentulan), tidak ada gejala klorosis, tidak kerdil dan berbatang kuat, tidak terdapat serangan hama dan penyakit.
Panen bunga krisan
Tanaman krisan berbunga 3 bulan – 4 bulan setelah pindah tanam, tergantung pada varietas atau kultivar tanaman krisan tersebut. Pada krisan jenis standar penentuan stadium panen yang tepat adalah ketika bunga telah ½ mekar atau 3 hari – 4 hari sebelum mekar penuh. Untuk krisan jenis spray dapat dipanen dila 75% - 80% dari seluruh kuntum bunga dalam satu tangkai telah mekar penuh (Rukmana dan Mulyana, 1997).
Keadaan bunga siap panen adalah bunga telah mencapai ukuran penuh, intensitas warna hampir mencapai puncaknya, mahkota bunga terbuka 450 terhadap garis vertikal dan mata bunganya masih merapat (Hasim dan Resa, 1995). Sarwono (1992) melaporkan bahwa pemanenan sebaiknya dilakukan sewaktu bunga mengandung banyak air yaitu sekitar pukul 06.00-08.00. Walupun demikian pemanenan dapat juga dilakukan pada pukul 16.00-17.00. Karena pada jam tersebut penghisapan air yang dilakukan oleh tanaman berlangsung lebih banyak dari pada penguapanya. Jika pemanenan dilakukan pada siang hari, dikhawatirkan tanaman sudah mulai melakukan metabolisme secara aktif sehingga daya tahan bunga terhadap kelayuan menjadi rendah.
Waktu panen yang paling baik adalah pada pagi hari, dimana pada suhu udara tidak terlalu tinggi dan saat tekanan turgor optimum. Cara panen bunga krisan yaitu dengan menentukan tanaman siap panen, kemudian dipotong pada tangkai bunga menggunakan gunting steril sepanjang 60 cm – 80 cm dengan menyisakan tunggal batang setinggi 20cm-30cm dari permukaan tanah. Perkiraan hasil bunga krisan pada jarak 10 cm x 10 cm seluas 1 ha yaitu 800.000 tanaman (BAPPENAS, 2008).


                           IV.Teknologi Pascapanen 
Krisan adalam bunga prospektif untuk dikembangkan di Indonesia, karena variasi tipe dan warna yang sangat banyak, dan nilai ekonomis yang baik sehingga banyak diminati masyarakat. Permintaan krisan domestik cukup tinggi di hari-hari besar keagamaan, hari valentine, hari ibu, dan hari-hari besar nasional lainnya.
Krisan sebagai bunga potong yang baik bila : 1) Berwarna indah, mulus, bersih, tidak bernoda; 2) Bunga dapat bertahan lama setelah dipotong; 3) Tangkai bunga cukup panjang dan kuat; 4) Bunga tidak mudah rusak dalam pengepakan; 5) Daun berwarna hijau dan segar; dan 6) Bebas Organisme Pengganggu Tumbuhan.
Untuk mengurangi kehilangan hasil yang disebabkan karena layu, patah batang atau tangkai bunga, serta lepasnya kelopak bunga, maka diperlukan perhatian khusus pada penanganan pascapanennya agar produk yang dihasilkan mempunyai shelf-life (umur simpan) dan vase-life (umur kesegaran) yang cukup panjang.
Penanganan pascapanen merupakan suatu kegiatan perlakuan terhadap bunga setelah panen sampai bunga itu diterima oleh konsumen. Penanganan pasca panen pada krisan dilakukan untuk : 1) Memperkecil respirasi, 2) Memperkecil transpirasi, 3) Mencegah infeksi atau luka, 4) Menjaga performance, 5) Meningkatkan daya saing.
Penanganan pascapanen yang baik dan benar pada krisan sebagai upaya menuju Standar Nasional Indonesia (SNI), sehingga mampu bersaing di pasar domestik maupun internasional.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penanganan Pasca Panen Bunga Krisan :
1. Kematangan Bunga (Flower Maturity)
2. Persediaan bahan makanan
3. Temperatur
4. Persediaan air dan kualitas air
5. Ethylene
6. Kerusakan mekanis
7. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Tahapan Penanganan Pascapanen Bunga Potong Krisan

1.   Pemanenan
Waktu panen yang paling baik adalah pagi hari (06.00-08.00) atau sore hari. Akan tetapi bunga yang telah dipotong sebaiknya direndam di dalam larutan gula (glukosa), agar bunga tidak cepat layu.

2.  Pengumpulan Bunga yang Telah Dipotong
Bunga Krisan yang telah dipotong langsung dikumpulkan di dalam wadah (tempat bunga), segera disimpan di tempat yang teduh dan aman, terhindar dari percikan air atau kotoran lainnya, sehingga bunga terjaga dari kerusakan yang dapat menurunkan kualitas bunga krisan.

3.  Pengangkutan ke Tempat Sortasi
Setelah selesai dikumpulkan, bunga krisan diangkut ke tempat sortasi untuk diseleksi. Di tempat sortasi, sebaiknya pangkal tangkai bunga direndam dulu di dalam bak berisi air bersih agar bunga tidak cepat layu.

4.  Seleksi Kualitas
Bunga krisan hasil panen diletakkan di atas meja, dipisahkan menurut jenis dan warna bunga. Bunga diperiksa satu persatu untuk melihat tingkat kemekaran bunga, panjang-pendek, lurus-bengkok, besar-kecil, dan tegar-lemas (vigor), serta kebersihan daun.

5.  Pengelompokan (Gradding) dan Pengikatan Bunga (Bunching)
Krisan yang telah diseleksi dilakukan pengikatan (grading) kemudian diikat dengan menggunakan tali atau karet dalam jumlah tertentu.
Dalam menentukan grade, hal yang diperhatikan adalah sebagai berikut:
·         Panjang tangkai
·         Diameter batang bunga
·         Diameter bunga saat dipanen
·         Kemekaran bunga saat dipanen
·         Jumlah bunga mekar dalam batang
·         Kesegaran bunga
·         Keadaan tangkai bunga
·         Keseragaman kultivar
·         Keadaan daun 1/3 bagian
·         Keadaan daun 2/3 bagian
·         Hama dan penyakit
·         Kelenturan
·         Jumlah dalam kemasan
·         Bentuk rangkaian dalam kemasan
·         Pembungkus
·         Pengikat
·         Perlakuan pasca panen
Pada waktu pemanenan bunga sebaiknya dilakukan juga seleksi bunga berdasarkan kualitasnya (grade I dan II). Bunga yang tidak termasuk grade I dan II, sebaiknya tidak dipanen dan dibuang pada saat pembongkaran tanaman. Kriteria untuk grade I dan II adalah sebagai berikut, (Soekarwati, 1999):
1. Grade I
Bunga mekar (tidak terlalu mekar atau terlalu kuncup), segar, tidak bergerombot, tidak terserang hama penyakit seperti apid, thrips dan sebagainya, pada pinggir bunga tidak ada busuk kehitaman; batang besar (sesuai dengan jenisnya), tegar, lurus dan panjang minimal 75 cm; daun hijau segar, tidak kering dan tidak terserang hama penyakit, seperti leaf miner, white rust, dan sebagainya; Bentuk bunga normal dan tidak ada kelainan-kelainan yang menyimpang dari bentuk atau warna aslinya.
2. Grade II
Bunga mekar, segar, boleh bergerombol tetapi tidak terserang hama penyakit; batang boleh agak kecil tetapi harus lurus dengan panjang minimal 50 cm; kriteria lain sama dengan kriteria grade I dengan sedikit toleransi, misalnya jika daun terserang hama penyakit tetapi tidak terlalu parah masih dapat dimasukkan dalam grade II.  Pada saat panen, bunga langsung dilakukan pengikatan di lapangan. Bunga yang diikat adalah yang sejenis dan sama gradenya. Jumlah tangkai bunga per ikat disesuaikan dengan besarnya diameter bunga, yaitu minimal berdiameter 20 cm bila dibungkus dan jumlah tangkainya minimal 10 tangkai bunga. Bunga yang sudah diikat, disimpan dalam wadah yang berisi air. Setelah 10 ikat, ikatan tersebut sebaiknya cepat dibawa ke bagian sortasi dan dibungkus dengan kertas pembungkus. Produktifitas krisan cukup baik jika diperoleh 5 bungkus setiap 1 m2 atau 50 tangkai bunga per m2.
Untuk mengetahui kualitas bunga, dilakukan uji coba vase life bunga krisan potong dengan kriteria yang diamati pada bunga-bunga setelah panen adalah:
1.   Tingkat pecahnya benang sari:
0 = Belum pecah
1 = Pecah 0 - 25 % dari lingkar bunga
2 = Pecah 25 - 50 % dari lingkar bunga
3 = Pecah 50 - 70 % dari lingkar bunga
4 = Pecah > 75 % dari lingkar bunga
2.  Tingkat perubahan warna bunga:
    0 = Sesuai deskripsi varietas
    1 = Pudar 0 - 25 % dari warna asli
    2 = Pudar 25 - 50 % dari warna asli
    3 = Pudar 50 - 70 % dari warna asli
    4 = Pudar > 75 % dari warna asli
3.  Kondisi bunga:
    0 = Segar
    1 = Layu
    2 = Kering 0 - 25 %
    3 = Kering 25 - 50 %
    4 = Kering 50 - 75 %
    5 = Kering > 75 %
4.  Tingkat perubahan warna daun:
    0 = Hijau
    1 = Menguning 0 - 25 %
    2 = Menguning 25 - 50 %
    3 = Menguning 50 - 75 %
    4 = Menguning > 75 %                  

5. Kondisi daun:
0 = Segar
1 = Layu
2 = Kering 0 - 25 %
3 = Kering 25 - 50 %
4 = Kering 50 - 75 %
5 = Kering > 75 %

6.  Pembungkusan
Setelah diikat bunga kemudian dibungkus dengan kertas atau plastik pembungkus, hal ini bertujuan untuk menjaga agar bunga terhindar dari kerusakan sehingga kualitas bunga tetap terjaga.

7.  Perendaman dengan Larutan Pengawet
Zat pengawet digunakan pada empat macam tahapan yaitu: conditioning, pulsing, holding,dan pembukaan kuncup.
·      Conditioning : perlakuan pemberian air pada bunga yang layu dengan pendinginan, menggunakan air deionized yang mengandung larutan pembasmi kuman. Agen pembasah (0.01–0.1%) dapat ditambahkan, dan air harus diasamkan dengan asam sitrat, hydroxyquinoline citrate (HQC), atau almunium sulfat pada pH mendekati 3.5.
·      Pulsing : perlakuan perendaman dalam larutan yang mengandung nutrisi (glukosa atau sukrosa) atau anti oksidan.
·      Holding solution : larutan yang digunakan untuk keragaan bunga.
·      Pada umumnya bahan penyusun larutan pengawet adalah sumber energi, bahan penurun pH, senyawa anti etilen dan zat sebagai pengatur tumbuh. Sumber energi yang digunakan umumnya adalah sukrosa, glukosa atau fruktosa.

8.  Penyimpanan
Penyimpanan sementara dilakukan untuk penyimpanan bunga dalam jangka waktu pendek (kurang dari 1 hari) yaitu di suhu ruang dengan merendam pangkal tangkainya di dalam bak berisi air bersih. Penyimpanan untuk persediaan (stok) dilakukan untuk jangka waktu yang agak lama bunga harus disimpan di dalam ruang penyimpanan berpendingin (cold storage) dengan temperatur sekitar 50C dan kelembaban udara yang tinggi, sekitar 90%.

9.    Pengepakan
Untuk pengiriman ke tempat penjualan, bunga krisan harus dikemas dalam karton atau kontainer plastik yang berukuran sesuai dengan panjang maksimal bunga, sehingga bunga bisa diatur rapi dan tetap terjaga kualitasnya. Dalam satu karton berukuran 100 x 40 x 40 cm dapat diisi dengan 25 bungkus krisan @ 10 tangkai. Pada karton berukuran 88 x 40 x 40 cm diisi 30-35 bungkus @ 10 tangkai. Pada bidang yang berukuran 40 x 40 cm diberi lubang-lubang sebagai tempat pegangan tangan dan juga untuk ventilasi udara. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan adalah penentuan alat angkutan yang cocok dengan jarak tempuh ke tempat pemasaran. Untuk tujuan pemasaran dengan jarak tempuh yang jauh dapat dipilih alat angkut yang dilengkapi fasilitas pendingin yang bersuhu 70C - 80C dan kelembaban 60% - 70%. Kemasan berisi bunga krisan kemudian disusun secara teratur, rapi dan tidak longgar, dalam bak atau box alat angkut.

10.   Fumigasi
Fumigasi dilakukan pada krisan tujuan ekspor (bila dipersyaratkan). Fumigasi harus dilakukan secara tepat karena akan mengganggu vase life

11.  Pengiriman
Pengiriman bunga krisan dengan mobil boks yang sebaiknya dilengkapi dengan pengatur suhu. Selama perjalanan, temperatur di dalam box mobil diusahakan rendah dan stabil pada temperatur sekitar 120C, sehingga kesegaran bunga tetap terjaga dan bunga diterima konsumen dalam keadaan baik.


12.          Penanganan Eceran

Setelah bunga tiba, bunga dipotong pada pangkal batang ± 2 cm dan kemudian bunga ditempatkan segera di ruang berpendingin. Jika bunga bersisa di toko beberapa hari, bunga tersebut diletakkan pada ember yang bersih atau vas berisi bahan pengawet.

Teh Bunga Krisan

Teh ini sangat populer di negara Tirai Bambu China, teh krisan terbuat dari bunga kering yang dipanen lalu disimpan dalam stoples kaca. Teh ini dibuat dengan menaruh bunga-bunga ini di dalam teko yang berisi air mendidih, Karena pada umumnya di negara China secara terus-menerus mengisi ulang teko teh setelah dikonsumsi, warna teh tersebut adalah berwarna kuning tua. Teh  bunga krisan yang sudah dingin atau diklasifikasikan sebagai ramuan yang dingin, itu adalah lebih baik untuk kesehatan tubuh, salah satunya adalah dapat membantu dalam pemulihan timbulnya jerawat. Di Asia Timur teh herbal bunga krisan ini dikenal juga sebagai obat herba yang sangat bagus manfaat dan khasiatnya untuk kesehatan.

Manfaat Teh Bunga Krisan Untuk Kesehatan
o      Dalam pengobatan herbal ala orang barat, teh bunga krisan diminum dan digunakan sebagai kompres untuk mengobati gangguan peredaran darah seperti varises.
o      Di antara banyak manfaat bagi kesehatan, teh bunga krisan dapat membantu pencernaan ketika teh diambil bersama dan bercampur dengan makanan.
o      Sifat-sifat penyembuhan dari teh bunga krisan juga dapat membantu dalam pencernakan, pusing kepala, migrain dan sakit kepala.
o      Seiring dengan itu dengan minum teh bunga krisan juga dapat membantu mengurangi sesak nafas dan juga dapat memperkuat paru-paru anda.
o      Dalam teh bunga krisan juga terdapat kandungan antivirus dan antispirochete (bakteri yang ditemukan pada penyakit seperti sifilis dan penyakit Lyme) yaitu kualitas yang dapat membantu dalam menyembuhkan tekanan darah, penyakit jantung koroner, kolesterol tinggi, kolik jantung dan arteriosklerosis.
o      Berdasarkan penyelidikan dari ahli kedehatan juga bahwa teh bunga krisan dapat membantu dalam mengurangi peradangan hati secara bertahap.
o      Selanjutnya, efek pendinginan dari teh bunga krisan ini juga dapat mengobati panas akibat cuaca yang panas seperti demam, flu dan sakit tenggorokan.
o      Selain itu dengan minum teh bunga krisan dapat memperbaiki penglihatan yang kabur dan juga dapat mengurangi kemerahan, kekeringan dan gatal pada mata bila dikonsumsi/diamalkan secara langsung  dan rutin. Penggunaan reguler teh herbal ini juga dipercaya bisa menjadikan tubuh energik, visi yang lebih baik, pendengaran yang lebih baik, bagus untuk fungsi otak dan menjadikan umur panjang.

V. Penyimpanan dan Modifikasi Atmosfer

Produk pertanian baik buah maupun sayur merupakan jenis produk yang cepat rusak, baik kerusakan fisik, tekstur maupun kandungan kimia. Pada dasarnya kerusakan kwalitas buah dikarenakan oleh berbagai macam faktor seperti terjadinya luka, gangguan patogen, respisari, transpirasi dan faktor-faktor lainnya. Akibatnya produk tersebut mengalami penurunan kandungan gizi, perubahan warna serta komponen lain yang dapat berakibat pada menurunnya nilai jual maupun daya tarik produk pertanian tersebut. Sehingga untuk menjaga kwalitas hasil pertanian agar tetap baik dan menarik diperlukan suatu metode penanganan pasca panen yang optimal untuk mengurangi atau menghambat laju respirasi maupun faktor-faktor yang dapat menurunkan kwalitas buah tersebut.
   Selain penurunan kwalitas produk pertanian juaga tergolong produk yang tidak bisa bertahan lama sehingga proses pendistribusian dan pemakaian harus cepat. Produk pertanian tidak tahan lama atau cepat rusak dikarenakan produk pertanian merupakan produk yang melakukan aktifitas kimia seperti transpirasi dan repirasi.
Salah satu metode untuk mengurangi laju respirasi dan transpirasi untuk menunda proses pematangan buah dan sayur agar tidak cepat rusak antar lain yaitu dengan cara modifikasi atmosfer melalui pengemasan. Penyimpanan dengan teknik atmosfer termodifikasi adalah penyimpanan produk hasil pertanian dengan lingkungan udara yang mempunyai komposisi gas berbeda dengan udara normal melalui penggunaan film plastik pengemas. Konsetrasi gas O2 dan CO2 di dalam kemasan berubah sehubungan dengan proses kegiatan pernafasan produk hasil pertanian yang dikemas. Kandungan oksigen yang rendah disekitar bunga akan menghambat proses respirasi dan menurunkan CO2 dilingkungan bunga akan menurunkan laju respirasi, proses oksidasi dan menurunkan pengaruh etilen, namun jumlah yang tinggi mungkin akan meracuni bunga itu sendiri (Soekartawi,1996)
Menurut Widjandi (1981), penyimpanan dengan atmosfer termodifikasi pada bunga potong dilakukan dengan membungkus bunga dengan plastik kedap air seperti polietilen atau pembungkus lain yang mempunyai permeabilitas tertentu terhadap O2 dan CO2 sehingga respirasi dapat dihambat.
Pengaturan komposisi udara selama penyimpanan atau pengangkutan akan memperlambat proses-proses metabolisme (peleg, 1985). Zagory dan Kader (1988), menyatakan bahwa komposisi udara yang optimal dalam penyimpanan dapat menurunkan laju respirasi tanpa menimbulkan kerusakan akibat metabolisme pada produk yang disimpan.
Manfaat yang dapat diperoleh dari penyimpanan dengan teknik modifikasi atmosfer adalah (1) konsentrasi O2 yang rendah dapat menurunkan laju respirasi dan oksidasi substrat sehingga umur komoditas akan lebih panjang, perombakan klorofil tertunda dan produksi etilen rendah, (2) kandungan CO2 dalam sel tinggi menyebabkan perubahan-perubahan fisiologis seperti penurunan reaksi-reaksi sintesis pematangan (misalnya zat warna), penghambatan sintesis klorofil, (3) adanya interaksi antara O2+ CO2 dan suhu rendah dapat mengurangi susut bobot (Pantastico, 1986).
Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas memungkinkan terjadinya kondisi atmosfer termodifikasi serta dapat melindungi dan mengawetkan produk yang disimpan disamping produk yang disimpan menjadi lebih menarik. Film kemasan memberikan lingkungan yang berbeda pada produk yang disimpan karena laju perembesan O2 kedalam kemasan dan CO2 keluar kemasan sebagai akibat proses respirasi berbeda-beda tergantung dari jenis dan sifat kemasan yang digunakan. Film plastik memberikan perlindungan pula terhapap kehilangan air pada produk sehingga sampai waktu yang lama produk akan tetap kelihatan segar.