I.Pendahuluan
Indonesia merupakan negara agraris yang
mempunyai kekayaan hayati yang sangat
beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian dibidang
pertanian. Sektor pertanian memiliki peranan yang penting bagi perekonomian
Indonesia. Sektor pertanian terdiri dari sub sektor tanaman pangan yang
meliputi padi, palawija dan hortikultura. Hortikultura merupakan salah satu
bagian dari sektor pertanian yang dapat dijadikan sumber pertumbuhan ekonomi
Indonesia di masa yang akan datang. Perkembangan produksi tanaman hias di
Indonesia terus mengalami peningkatan. Kondisi ini menggambarkan bahwa saat ini
masyarakat Indonesia telah mengetahui manfaat tanaman hias.
Indonesia dengan dengan iklim tropis
memiliki kekayaan alam yang sangat tidak ternilai harganya dan merupakan tempat
yang banyak sesuai untuk ditanami berbagai macam tanaman, salah satunya adalah
bunga potong. Setiap jenis tanaman berbunga, baik berbunga besar, kecil,
berbentuk anaeh maupun tidak aneh, berwarna cerah maupun sayu, semuanya dapat
dipotong oleh siapa saja yang tertarik dengan keindahanya. Ragam jenis bunga
dapat memberi kebahagiaan lahir dan batin, penenang pikiran, serta pembuat
kesibukan bagi pemiliknya. Masyarakat Indonesia saat ini sudah cukur banyak
menggunakan bunga untuk mengungkapkan perasaannya. Bunga juga dipakai untuk
menyatakan rasa turut gembira, sedih, dan berduka cita. Bahkan untuk masyarakat
kelas menengah keatas, bunga dapat dijadikan simbol status sosial seseorang
(Harry,1994).
Bunga krisan (Chrysanthymum morifolium)
sebagai bunga potong sangat disenangi konsumen di Indonesia, karena
keindahannya dan termasuk salah satu komoditi utama tanaman hias disamping
mawar, anggrek dan gladiol, keragaman bentuk, warna dan mudah dirangkai serta
memiliki kesegaran bunga cukup lama, bisa bertahan sampai 3 minggu. Diantara
tanaman hias yang telah memiliki nilai komersial yaitu bunga mawar dan krisan,
sehingga dikategorikan sebagai komoditas unggulan.
Tanaman Krisan (crhysantemum) merupakan
tanaman yang mempunyai potensi untuk dikembangkan dalam skala komersial
terutama sebagai tanaman hias dalam pot maupun bunga potong.Tanaman
Krisanthemum yang tertua adalah Tanaman Krisanthemum Cina yang bentuknya mirip
dengan bunga daisy di Cina juga. Tanaman Krisanthemum Cina tersebut telah
dikultivasikan sekitar 2,500 tahun sebelum diperkenalkan ke Eropa dan sekarang
bunga seruni ini telah banyak ditanam di negara Barat dan Eropa bahkan Tanaman
Krisan ini diangkat menjadi bunga nasional negara Jepang. Tanaman Krisan masih
tergolong ke dalam famili yang sama dengan bunga aster dan daisy, yaitu famili
Asteraceae.
II.Klasifikasi
Dan Karakteristik
Nama umum
Indonesia :
Bunga krisan, seruni
Pilipina :
Manzanilla
Cina :
ye ju hua
Klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Subdivisi :
Angiospermae
Klas :
Dicotiledonae
Ordo :
Asterales
Famili
: Asteraceae
Genus :
Crhysantemum
Spesies : Crhysantemum morifolium Ramat,
Crhysantemum indicium, Crhysantemum roseum,
Crhysantemum maximum, Crhysantemum coccineum, dan lain-lain.
Karakteristik
1. Batang,
Batang
tanaman krisan tumbuk tegak, berstruktur lunak dan berwarna hijau. Bila
dibiarkan tumbuh terus, batang menjadi keras (berkayu) dan berwarna hijau
kecokelat-cokelatan.
2. Akar
Perakaran tanaman krisan dapat
menyebar kesemua arah pada kedalaman 30 cm – 40 cm. akarnya mudah mengalami
kerusakan akibat pengaruh lingkungan yang kurang baik, hal tersebut dikarenakan
akar tanaman krisan berjenis serabut (Hasim dan Reza, 1995).
3. Bunga
Bunga krisan tumbuh tegak pada
ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai (tandan) berukuran pendek sampai
panjang. Bunga krisan digolongkan dalam dua jenis yaitu jenis spray dan
standar. Krisan jenis spray dalam satu tangkai bunga terdapat 10 sampai 20
kumtum bunga berukuran kecil. Sedangkan jenis standar pada satu tangkai bunga
hanya terdapat satu kuntum bunga berukuran besar. Selain itu kalangan
floriskulturis juga membedakan bentuk bunga krisan dalam lima macam (golongan),
yaitu bentuk tunggal, anemone, pompon, dekoratif dan bunga besar. Ciri-ciri kelima
bentuk bunga krisan tersebut adalah:
·
Tunggal
Karakteristik bunga tunggal
adalah pada tiap tangkai terdapat 1 kumtum bunga, piringan dasar bunga sempit,
dan susunan mahkota bunga hanya satu lapis.
·
Anemone
Bentuk bunga anemone mirip
dengan bunga tunggal, tetapi piringan dasar bunganya lebar dan tebal.
·
Pompon
Bentuk bunga
bulat seperti bola, mahkota bunga menyebar kesemua arah, dan piringan dasar
bunganya tidak tampak.
·
Dekoratif
Bunga berbentuk bulat seperti
pompon, tetapi mahkota bunganya bertumpuk rapat, ditengah pendek dan bagian
tepi memanjang.
·
Bunga
besar
Karakteristiknya adalah pada
tiap tangkai terdapat satu kuntum bunga, berukuran besar dengan diameter lebih
dari 10 cm. piringan dasar tidak tampak, mahkota bunganya memiliki banyak
variasi, antara lain melekuk ke dalam atau ke luar, pipih, panjang, bentuk
sendok dan lain-lain.
4. Daun
Daun pada tanaman krisan
merupakan ciri khas dari tanaman ini. Bentuk daun tanaman krisan yaitu bagian
tepi bercelah atau bergerigi, tersusun berselang-seling pada cabang atau
batang.
5. Buah dan biji
Buah yang dihasilkan dari
proses penyerbukan berisi banyak biji. Biji digunakan untuk bahan perbanyakan
tanaman secara generatif. Biji krisan berukuran kecil dan berwarna cokelat
sampai hitam.
III.Produksi dan Panen
Budidaya bunga krisan diawali dengan benih
sebar. Introduksi teknologi perbenihan telah diawali sejak tahun 2006. Sebagai
salah satu alternative dalam usaha pengadaan benih krisan secara konvensional
melalui perbanyakan vegetative dengan cara memisahkan anakan atau dengan system
stek pucuk (cutting system). Dengan system ini benih yang dihasilkan
genotipenya telah diketahui dan dapat dibuat pada waktu yang singkat.
Keberhasilan perbanyakan vegetative dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu: 1)
tanaman induk; 2) umur stek (stek hasil cabutan atau kebun pangkas yang
muda/juveni yaitu bagian pucuk); 3) media; 4) drainase media; 5) intensitas cahaya;
6) teknik pengguntingan pucuk; 7) jenis dan konsentrasi hormon perbanyakan pertumbuhan
yang digunakan.
Inovasi Teknologi
a.
Persiapan
1. Pembuatan rumah plastik, terbuat dari
bambu, kayu. Atap berupa plastik UV atau bahan lain yang transparan, dinding rumah
berupa screen atau paranet. Rumah plastik dilengkapi dengan bak atau drum
penampung air untuk pengairan dan pemeliharaan tanaman, rangkaian listrik untuk
pemberian cahaya tambahan.
2. Lahan pertanaman
Tanah dalam rumah lindung diolah sedalam 30
cm, kemudian diberokan selama 2 minggu dan dibiarkan mongering, diusahakan agar
tidak terkena air/terbasahi Tanah diolah kembali dengan membuat bedengan
setinggi 25-30 cm dengan lebar 1 m memanjang searah dengan rumah lindung dengan
jarak antar bedengan 50 cm.Pada saat membuat bedengan diberikan POM 30 ton/ha,
Urea 200 kg/ha, KCl 350 kg/ha, SP36 300 kg/ha dan dicampur dengan diaduk sampai
rata.Diberi kapur dolomite 3-4,5 ton/ha apabila pH tanah rendah (masam).
3. Benih, varietas Sakuntala, Puspita
Nusantara, Dewi Ratih, Nyi Ageng Serang, Cut Nyak Dien dan Pitaloka. Benih
dipilih dari indukan yang produktif dan sehat. Stek dipilih yang berakar sehat,
perakaran lebat, vigor dan daun telah mempunyai daun minimal 3-4 helai. Benih
stek telah melalui proses penangkaran minimal 15 hari.
4. Instalasi listrik untuk Pemberian Cahaya
Tambahan
Pemberian tambahan cahaya dengan menggunakan
lampu pijar 75-100 watt atau TL 40 watt pada setiap titik, diatur dengan
menggunakan timer. Titik lampu berjarak 2 x 2 m2dan tinggi lampu sekitar dan tinggi
lampu sekitar 1,5-2 m di atas permukaan bedengan.
b.
Pemeliharaan Tanaman Induk
1. Penanaman
Penanaman dilakukan 7 hari setelah pemupukan
dasar, sehari sebelum tanam dibasahi dengan air dan dibuat lobang tanam dengan
menggunakan penugal sedalam 3-5 cm, tanaman induk krisan sekitar 25 tanaman/m2
(jarak tanamn 20 x 20 cm). Penanaman dilakukan pagi atau sore hari. Pemberian
tambahan cahaya malam hari saat penanaman.
2. Pemupukan
Pupuk dasar diberikan sebelum tanam,
pemupukan susulan pada umur tanaman 2 minggu, dengan campuran SP 36, KCl dan
Urea (1:1:1) atau NPK dengan dosis 300 g/m2. Pupuk cair dapat diberikan 2 kali
seminggu sampai tanaman tidak lagi produktif. Pemupukan susulan ke dua dan
selanjutnya diberikan sebanayk selang waktu 2 minggu pada dosis yang sama.
3. Perawatan
Pemeliharaan rutin tiap 2 kali seminggu
dengan penyemprotan fungisida berbahan aktif propineb, Mankozeb, Karbendazin atau
Metalaksil serta insektisida berbahan aktif Lamda sihalotrin, Triazofos,
Rotenon atau Profenofos.
4. Penyiraman
Dilakukan rutin minimal 2-3 hari, menggunakan
gembor dan diuasahakan tidak mengotori daun.
5. Penyinaran tambahan
Penyinaran tambahan dilakukan selama 4 jam
per malam, antara jam 22.00 hingga jam 02.00 dini hari atau 23.00 hingga 03.00
wib.Penyinaran dengan metode siklik yaitu 20 menit menyala diikuti 15 menit
mati.
6. Penyiangan dilakukan sesering mungkin
pada saat tanaman masih muda dan bila tajuk tanaman sudah lebat penyiangan
dilakukan 3 minggu sekali.
Produksi
Benih Krisan
1. Penyetekan
Dilakukan pada tanamana muda yang telah memiliki
7 helai daun (15 hst), penyetekan dengan menggunakan pisau atau gunting stek
yang tajam dan steril. Tunas dipotong dengan criteria 4-5 daun sempurna dan
mneyisakan 2-3 daun pada batang/ranting bekas setekan (2-3 ruas). Pisau atau
gunting stek setiap melakukan pemotongan sebaiknya dicelupkan ke dalam alcohol
70%. Tunas-tunas stek segera ditempatkan di tempat yang sejuk dan lembab. Selang
waktu panen stek sekitar 2-3 minggu sekali bila tunas akselir yang tumbuh telah
memiliki 5-7 daun.naman sudah lebat penyiangan dilakukan 3 minggu sekali.
2. Penangkaran Stek
• Sarana dan prasarana ruang penangkaran
Dilakukan dalam ruang khusus, ruang berupa
rumah plastic, beraerasi baik dan tidak terkena percikan hujan, intensitas
cahaya dalam ruang penangkar 40%, bak penangkaran berupa kotak kayu atau plastic
dengan tinggi + 80 cm, media penangkaran berupa arang sekamyang dihamparkan di
dalam bak sampai penuh dengan ketebalan + 5 cm.
• Proses penangkaran dan pemeliharaan stek
Stek hasil panen dirompes hingga tersisa
3-4 daun sempurna, ujung pangkal batang stek dipotong sedikit dan ujung pangkal
batang kemudian dicelupkan pada pasta ZPT (Rootone F atau Rizootone), stek
ditanam pada media penangkaran dengan kedalaman 1-1,5 cm dengan jarak penanaman
2x2 cm kemudian ditutup dengan kertas merang atau Koran selama 48 jam. Media
penangkaran diusahakan tetap basah, dilakukan penyiraman 2-3 hari sekali hingga
stek siap tanam. Pengendalian HPT dilakukan 2 kali per minggu menggunakan
fungisida dan insektisida. Penangkaran berlangsung kurang lebih 14-21 hari.
3. Sortasi Stek
Setelah ditangkarkan selama 14-21 hari,
stek-stek kemudian disortasi kelayakannya sebelum ditanam atau dikirim ke
tempat lain. Sortasi dilakukan agar perakaran lebat dan sehat, tidak ada gejala
terinduksi pembungaan awal (pentulan), tidak ada gejala klorosis, tidak kerdil
dan berbatang kuat, tidak terdapat serangan hama dan penyakit.
Panen bunga krisan
Tanaman krisan berbunga 3 bulan – 4 bulan
setelah pindah tanam, tergantung pada varietas atau kultivar tanaman krisan
tersebut. Pada krisan jenis standar penentuan stadium panen yang tepat adalah
ketika bunga telah ½ mekar atau 3 hari – 4 hari sebelum mekar penuh. Untuk
krisan jenis spray dapat dipanen dila 75% - 80% dari seluruh kuntum bunga dalam
satu tangkai telah mekar penuh (Rukmana dan Mulyana, 1997).
Keadaan bunga siap panen adalah bunga telah
mencapai ukuran penuh, intensitas warna hampir mencapai puncaknya, mahkota
bunga terbuka 450 terhadap garis vertikal dan mata bunganya masih merapat
(Hasim dan Resa, 1995). Sarwono (1992) melaporkan bahwa pemanenan sebaiknya
dilakukan sewaktu bunga mengandung banyak air yaitu sekitar pukul 06.00-08.00.
Walupun demikian pemanenan dapat juga dilakukan pada pukul 16.00-17.00. Karena
pada jam tersebut penghisapan air yang dilakukan oleh tanaman berlangsung lebih
banyak dari pada penguapanya. Jika pemanenan dilakukan pada siang hari,
dikhawatirkan tanaman sudah mulai melakukan metabolisme secara aktif sehingga
daya tahan bunga terhadap kelayuan menjadi rendah.
Waktu panen yang paling baik adalah pada
pagi hari, dimana pada suhu udara tidak terlalu tinggi dan saat tekanan turgor
optimum. Cara panen bunga krisan yaitu dengan menentukan tanaman siap panen,
kemudian dipotong pada tangkai bunga menggunakan gunting steril sepanjang 60 cm
– 80 cm dengan menyisakan tunggal batang setinggi 20cm-30cm dari permukaan
tanah. Perkiraan hasil bunga krisan pada jarak 10 cm x 10 cm seluas 1 ha yaitu
800.000 tanaman (BAPPENAS, 2008).
IV.Teknologi Pascapanen
Krisan adalam bunga prospektif untuk
dikembangkan di Indonesia, karena variasi tipe dan warna yang sangat banyak,
dan nilai ekonomis yang baik sehingga banyak diminati masyarakat. Permintaan
krisan domestik cukup tinggi di hari-hari besar keagamaan, hari valentine, hari
ibu, dan hari-hari besar nasional lainnya.
Krisan sebagai bunga potong yang baik bila
: 1) Berwarna indah, mulus, bersih, tidak bernoda; 2) Bunga dapat bertahan lama
setelah dipotong; 3) Tangkai bunga cukup panjang dan kuat; 4) Bunga tidak mudah
rusak dalam pengepakan; 5) Daun berwarna hijau dan segar; dan 6) Bebas Organisme
Pengganggu Tumbuhan.
Untuk mengurangi kehilangan hasil yang
disebabkan karena layu, patah batang atau tangkai bunga, serta lepasnya kelopak
bunga, maka diperlukan perhatian khusus pada penanganan pascapanennya agar
produk yang dihasilkan mempunyai shelf-life (umur simpan) dan vase-life (umur
kesegaran) yang cukup panjang.
Penanganan pascapanen merupakan suatu
kegiatan perlakuan terhadap bunga setelah panen sampai bunga itu diterima oleh
konsumen. Penanganan pasca panen pada krisan dilakukan untuk : 1) Memperkecil
respirasi, 2) Memperkecil transpirasi, 3) Mencegah infeksi atau luka, 4)
Menjaga performance, 5) Meningkatkan daya saing.
Penanganan pascapanen yang baik dan benar
pada krisan sebagai upaya menuju Standar Nasional Indonesia (SNI), sehingga
mampu bersaing di pasar domestik maupun internasional.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penanganan
Pasca Panen Bunga Krisan :
1. Kematangan Bunga (Flower Maturity)
2. Persediaan bahan makanan
3. Temperatur
4. Persediaan air dan kualitas air
5. Ethylene
6. Kerusakan mekanis
7. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Tahapan Penanganan Pascapanen Bunga Potong Krisan
1. Pemanenan
Waktu
panen yang paling baik adalah pagi hari (06.00-08.00) atau sore hari. Akan
tetapi bunga yang telah dipotong sebaiknya direndam di dalam larutan gula
(glukosa), agar bunga tidak cepat layu.
2. Pengumpulan Bunga yang Telah Dipotong
Bunga
Krisan yang telah dipotong langsung dikumpulkan di dalam wadah (tempat bunga),
segera disimpan di tempat yang teduh dan aman, terhindar dari percikan air atau
kotoran lainnya, sehingga bunga terjaga dari kerusakan yang dapat menurunkan
kualitas bunga krisan.
3. Pengangkutan ke Tempat Sortasi
Setelah
selesai dikumpulkan, bunga krisan diangkut ke tempat sortasi untuk diseleksi.
Di tempat sortasi, sebaiknya pangkal tangkai bunga direndam dulu di dalam bak
berisi air bersih agar bunga tidak cepat layu.
4. Seleksi Kualitas
Bunga
krisan hasil panen diletakkan di atas meja, dipisahkan menurut jenis dan warna
bunga. Bunga diperiksa satu persatu untuk melihat tingkat kemekaran bunga,
panjang-pendek, lurus-bengkok, besar-kecil, dan tegar-lemas (vigor), serta
kebersihan daun.
5. Pengelompokan (Gradding) dan Pengikatan
Bunga (Bunching)
Krisan
yang telah diseleksi dilakukan pengikatan (grading) kemudian diikat dengan
menggunakan tali atau karet dalam jumlah tertentu.
Dalam menentukan grade, hal yang
diperhatikan adalah sebagai berikut:
·
Panjang
tangkai
·
Diameter
batang bunga
·
Diameter
bunga saat dipanen
·
Kemekaran
bunga saat dipanen
·
Jumlah
bunga mekar dalam batang
·
Kesegaran
bunga
·
Keadaan
tangkai bunga
·
Keseragaman
kultivar
·
Keadaan
daun 1/3 bagian
·
Keadaan
daun 2/3 bagian
·
Hama
dan penyakit
·
Kelenturan
·
Jumlah
dalam kemasan
·
Bentuk
rangkaian dalam kemasan
·
Pembungkus
·
Pengikat
·
Perlakuan
pasca panen
Pada
waktu pemanenan bunga sebaiknya dilakukan juga seleksi bunga berdasarkan
kualitasnya (grade I dan II). Bunga yang tidak termasuk grade I dan II,
sebaiknya tidak dipanen dan dibuang pada saat pembongkaran tanaman. Kriteria
untuk grade I dan II adalah sebagai berikut, (Soekarwati, 1999):
1. Grade I
Bunga mekar (tidak terlalu mekar atau
terlalu kuncup), segar, tidak bergerombot, tidak terserang hama penyakit
seperti apid, thrips dan sebagainya, pada pinggir bunga tidak ada busuk
kehitaman; batang besar (sesuai dengan jenisnya), tegar, lurus dan panjang
minimal 75 cm; daun hijau segar, tidak kering dan tidak terserang hama
penyakit, seperti leaf miner, white rust, dan sebagainya; Bentuk bunga normal
dan tidak ada kelainan-kelainan yang menyimpang dari bentuk atau warna aslinya.
2. Grade II
Bunga mekar, segar, boleh bergerombol
tetapi tidak terserang hama penyakit; batang boleh agak kecil tetapi harus
lurus dengan panjang minimal 50 cm; kriteria lain sama dengan kriteria grade I
dengan sedikit toleransi, misalnya jika daun terserang hama penyakit tetapi
tidak terlalu parah masih dapat dimasukkan dalam grade II. Pada saat panen, bunga langsung dilakukan
pengikatan di lapangan. Bunga yang diikat adalah yang sejenis dan sama
gradenya. Jumlah tangkai bunga per ikat disesuaikan dengan besarnya diameter
bunga, yaitu minimal berdiameter 20 cm bila dibungkus dan jumlah tangkainya
minimal 10 tangkai bunga. Bunga yang sudah diikat, disimpan dalam wadah yang
berisi air. Setelah 10 ikat, ikatan tersebut sebaiknya cepat dibawa ke bagian
sortasi dan dibungkus dengan kertas pembungkus. Produktifitas krisan cukup baik
jika diperoleh 5 bungkus setiap 1 m2 atau 50 tangkai bunga per m2.
Untuk mengetahui kualitas bunga, dilakukan
uji coba vase life bunga krisan potong dengan kriteria yang diamati pada
bunga-bunga setelah panen adalah:
1. Tingkat pecahnya benang sari:
0 = Belum pecah
1 = Pecah 0 - 25 % dari lingkar bunga
2 = Pecah 25 - 50 % dari lingkar bunga
3 = Pecah 50 - 70 % dari lingkar bunga
4 = Pecah > 75 % dari lingkar bunga
2. Tingkat perubahan warna bunga:
0
= Sesuai deskripsi varietas
1
= Pudar 0 - 25 % dari warna asli
2
= Pudar 25 - 50 % dari warna asli
3
= Pudar 50 - 70 % dari warna asli
4
= Pudar > 75 % dari warna asli
3. Kondisi bunga:
0
= Segar
1
= Layu
2
= Kering 0 - 25 %
3
= Kering 25 - 50 %
4
= Kering 50 - 75 %
5
= Kering > 75 %
4. Tingkat perubahan warna daun:
0
= Hijau
1
= Menguning 0 - 25 %
2
= Menguning 25 - 50 %
3
= Menguning 50 - 75 %
4
= Menguning > 75 %
5.
Kondisi daun:
0 = Segar
1 = Layu
2 = Kering 0 - 25 %
3 = Kering 25 - 50 %
4 = Kering 50 - 75 %
5 = Kering > 75 %
6. Pembungkusan
Setelah
diikat bunga kemudian dibungkus dengan kertas atau plastik pembungkus, hal ini
bertujuan untuk menjaga agar bunga terhindar dari kerusakan sehingga kualitas
bunga tetap terjaga.
7. Perendaman dengan Larutan Pengawet
Zat
pengawet digunakan pada empat macam tahapan yaitu: conditioning, pulsing,
holding,dan pembukaan kuncup.
·
Conditioning
: perlakuan pemberian air pada bunga yang layu dengan pendinginan, menggunakan
air deionized yang mengandung larutan pembasmi kuman. Agen pembasah (0.01–0.1%)
dapat ditambahkan, dan air harus diasamkan dengan asam sitrat, hydroxyquinoline
citrate (HQC), atau almunium sulfat pada pH mendekati 3.5.
·
Pulsing
: perlakuan perendaman dalam larutan yang mengandung nutrisi (glukosa atau
sukrosa) atau anti oksidan.
·
Holding
solution : larutan yang digunakan untuk keragaan bunga.
·
Pada
umumnya bahan penyusun larutan pengawet adalah sumber energi, bahan penurun pH,
senyawa anti etilen dan zat sebagai pengatur tumbuh. Sumber energi yang
digunakan umumnya adalah sukrosa, glukosa atau fruktosa.
8. Penyimpanan
Penyimpanan
sementara dilakukan untuk penyimpanan bunga dalam jangka waktu pendek (kurang
dari 1 hari) yaitu di suhu ruang dengan merendam pangkal tangkainya di dalam
bak berisi air bersih. Penyimpanan untuk persediaan (stok) dilakukan untuk
jangka waktu yang agak lama bunga harus disimpan di dalam ruang penyimpanan
berpendingin (cold storage) dengan temperatur sekitar 50C dan kelembaban udara
yang tinggi, sekitar 90%.
9. Pengepakan
Untuk
pengiriman ke tempat penjualan, bunga krisan harus dikemas dalam karton atau
kontainer plastik yang berukuran sesuai dengan panjang maksimal bunga, sehingga
bunga bisa diatur rapi dan tetap terjaga kualitasnya. Dalam satu karton
berukuran 100 x 40 x 40 cm dapat diisi dengan 25 bungkus krisan @ 10 tangkai.
Pada karton berukuran 88 x 40 x 40 cm diisi 30-35 bungkus @ 10 tangkai. Pada
bidang yang berukuran 40 x 40 cm diberi lubang-lubang sebagai tempat pegangan
tangan dan juga untuk ventilasi udara. Faktor yang perlu diperhatikan dalam
pengangkutan adalah penentuan alat angkutan yang cocok dengan jarak tempuh ke
tempat pemasaran. Untuk tujuan pemasaran dengan jarak tempuh yang jauh dapat
dipilih alat angkut yang dilengkapi fasilitas pendingin yang bersuhu 70C - 80C
dan kelembaban 60% - 70%. Kemasan berisi bunga krisan kemudian disusun secara
teratur, rapi dan tidak longgar, dalam bak atau box alat angkut.
10. Fumigasi
Fumigasi
dilakukan pada krisan tujuan ekspor (bila dipersyaratkan). Fumigasi harus
dilakukan secara tepat karena akan mengganggu vase life
11. Pengiriman
Pengiriman
bunga krisan dengan mobil boks yang sebaiknya dilengkapi dengan pengatur suhu.
Selama perjalanan, temperatur di dalam box mobil diusahakan rendah dan stabil
pada temperatur sekitar 120C, sehingga kesegaran bunga tetap terjaga dan bunga
diterima konsumen dalam keadaan baik.
12.
Penanganan
Eceran
Setelah
bunga tiba, bunga dipotong pada pangkal batang ± 2 cm dan kemudian bunga
ditempatkan segera di ruang berpendingin. Jika bunga bersisa di toko beberapa
hari, bunga tersebut diletakkan pada ember yang bersih atau vas berisi bahan
pengawet.
Teh Bunga Krisan
Teh ini sangat populer di negara Tirai Bambu China, teh krisan
terbuat dari bunga kering yang dipanen lalu disimpan dalam stoples kaca. Teh
ini dibuat dengan menaruh bunga-bunga ini di dalam teko yang berisi air
mendidih, Karena pada umumnya di negara China secara terus-menerus mengisi
ulang teko teh setelah dikonsumsi, warna teh tersebut adalah berwarna kuning
tua. Teh bunga krisan yang sudah dingin
atau diklasifikasikan sebagai ramuan yang dingin, itu adalah lebih baik untuk
kesehatan tubuh, salah satunya adalah dapat membantu dalam pemulihan timbulnya
jerawat. Di Asia Timur teh herbal bunga krisan ini dikenal juga sebagai obat
herba yang sangat bagus manfaat dan khasiatnya untuk kesehatan.
Manfaat Teh Bunga Krisan Untuk Kesehatan
o
Dalam
pengobatan herbal ala orang barat, teh bunga krisan diminum dan digunakan
sebagai kompres untuk mengobati gangguan peredaran darah seperti varises.
o
Di
antara banyak manfaat bagi kesehatan, teh bunga krisan dapat membantu
pencernaan ketika teh diambil bersama dan bercampur dengan makanan.
o
Sifat-sifat
penyembuhan dari teh bunga krisan juga dapat membantu dalam pencernakan, pusing
kepala, migrain dan sakit kepala.
o
Seiring
dengan itu dengan minum teh bunga krisan juga dapat membantu mengurangi sesak
nafas dan juga dapat memperkuat paru-paru anda.
o
Dalam
teh bunga krisan juga terdapat kandungan antivirus dan antispirochete (bakteri
yang ditemukan pada penyakit seperti sifilis dan penyakit Lyme) yaitu kualitas
yang dapat membantu dalam menyembuhkan tekanan darah, penyakit jantung koroner,
kolesterol tinggi, kolik jantung dan arteriosklerosis.
o
Berdasarkan
penyelidikan dari ahli kedehatan juga bahwa teh bunga krisan dapat membantu
dalam mengurangi peradangan hati secara bertahap.
o
Selanjutnya,
efek pendinginan dari teh bunga krisan ini juga dapat mengobati panas akibat
cuaca yang panas seperti demam, flu dan sakit tenggorokan.
o
Selain
itu dengan minum teh bunga krisan dapat memperbaiki penglihatan yang kabur dan
juga dapat mengurangi kemerahan, kekeringan dan gatal pada mata bila
dikonsumsi/diamalkan secara langsung dan
rutin. Penggunaan reguler teh herbal ini juga dipercaya bisa menjadikan tubuh
energik, visi yang lebih baik, pendengaran yang lebih baik, bagus untuk fungsi
otak dan menjadikan umur panjang.
V. Penyimpanan dan Modifikasi Atmosfer
Produk pertanian baik buah maupun sayur
merupakan jenis produk yang cepat rusak, baik kerusakan fisik, tekstur maupun
kandungan kimia. Pada dasarnya kerusakan kwalitas buah dikarenakan oleh
berbagai macam faktor seperti terjadinya luka, gangguan patogen, respisari,
transpirasi dan faktor-faktor lainnya. Akibatnya produk tersebut mengalami
penurunan kandungan gizi, perubahan warna serta komponen lain yang dapat
berakibat pada menurunnya nilai jual maupun daya tarik produk pertanian
tersebut. Sehingga untuk menjaga kwalitas hasil pertanian agar tetap baik dan
menarik diperlukan suatu metode penanganan pasca panen yang optimal untuk
mengurangi atau menghambat laju respirasi maupun faktor-faktor yang dapat
menurunkan kwalitas buah tersebut.
Selain
penurunan kwalitas produk pertanian juaga tergolong produk yang tidak bisa
bertahan lama sehingga proses pendistribusian dan pemakaian harus cepat. Produk
pertanian tidak tahan lama atau cepat rusak dikarenakan produk pertanian
merupakan produk yang melakukan aktifitas kimia seperti transpirasi dan
repirasi.
Salah satu metode untuk mengurangi laju
respirasi dan transpirasi untuk menunda proses pematangan buah dan sayur agar
tidak cepat rusak antar lain yaitu dengan cara modifikasi atmosfer melalui
pengemasan. Penyimpanan dengan teknik atmosfer termodifikasi adalah penyimpanan
produk hasil pertanian dengan lingkungan udara yang mempunyai komposisi gas
berbeda dengan udara normal melalui penggunaan film plastik pengemas.
Konsetrasi gas O2 dan CO2 di dalam kemasan berubah
sehubungan dengan proses kegiatan pernafasan produk hasil pertanian yang
dikemas. Kandungan oksigen yang rendah disekitar bunga akan menghambat proses
respirasi dan menurunkan CO2 dilingkungan bunga akan menurunkan laju
respirasi, proses oksidasi dan menurunkan pengaruh etilen, namun jumlah yang
tinggi mungkin akan meracuni bunga itu sendiri (Soekartawi,1996)
Menurut Widjandi (1981), penyimpanan dengan
atmosfer termodifikasi pada bunga potong dilakukan dengan membungkus bunga
dengan plastik kedap air seperti polietilen atau pembungkus lain yang mempunyai
permeabilitas tertentu terhadap O2 dan CO2 sehingga
respirasi dapat dihambat.
Pengaturan komposisi udara selama
penyimpanan atau pengangkutan akan memperlambat proses-proses metabolisme
(peleg, 1985). Zagory dan Kader (1988), menyatakan bahwa komposisi udara yang
optimal dalam penyimpanan dapat menurunkan laju respirasi tanpa menimbulkan
kerusakan akibat metabolisme pada produk yang disimpan.
Manfaat yang dapat diperoleh dari
penyimpanan dengan teknik modifikasi atmosfer adalah (1) konsentrasi O2
yang rendah dapat menurunkan laju respirasi dan oksidasi substrat sehingga umur
komoditas akan lebih panjang, perombakan klorofil tertunda dan produksi etilen
rendah, (2) kandungan CO2 dalam sel tinggi menyebabkan
perubahan-perubahan fisiologis seperti penurunan reaksi-reaksi sintesis
pematangan (misalnya zat warna), penghambatan sintesis klorofil, (3) adanya
interaksi antara O2+ CO2 dan suhu rendah dapat mengurangi
susut bobot (Pantastico, 1986).
Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas
memungkinkan terjadinya kondisi atmosfer termodifikasi serta dapat melindungi
dan mengawetkan produk yang disimpan disamping produk yang disimpan menjadi
lebih menarik. Film kemasan memberikan lingkungan yang berbeda pada produk yang
disimpan karena laju perembesan O2 kedalam kemasan dan CO2 keluar
kemasan sebagai akibat proses respirasi berbeda-beda tergantung dari jenis dan
sifat kemasan yang digunakan. Film plastik memberikan perlindungan pula
terhapap kehilangan air pada produk sehingga sampai waktu yang lama produk akan
tetap kelihatan segar.